Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tutup Masjid Al-Aqsa, Israel Dituduh Menghukum Warga Arab di Yerusalem

Kompas.com - 15/07/2017, 18:26 WIB

Yerusalem, KOMPAS.com - Pasukan keamanan menutup sebagian wilayah di Kota Tua Yerusalem, Sabtu (15/7/2017), di mana sebuah situs suci Haram al-Sharif berada.

Penutupan dan pengamanan ekstra ketat diberlakukan setelah aksi penembakan yang menewaskan dua polisi oleh tiga orang Arab di dekat komplek Masjid Al-Aqsa, Jumat kemarin. 

Seperti yang telah diberitakan, ketiga pelaku serangan pun akhirnya ditembak mati di pekarangan masjid tersebut.

Selanjutnya, pihak berwenang Israel mengambil keputusan yang sangat tidak biasa untuk menutup kompleks masjid Al-Aqsa untuk shalat Jumat.

Hal itulah yang memicu kemarahan dari umat Islam di sana. Kemarahan dan protes memuncak dengan ditangkapnya Mufti Agung Masjid setempat, Muhammad Ahmad Hussein. 

Baca: 2 Polisi Ditembak Mati, Israel Tutup Masjid Al-Aqsa untuk Shalat Jumat

Ahmad Hussein berada di antara massa di halaman komplek suci itu, ketika otoritas Israel membawanya ke kantor polisi.

Sebelum ditangkap Hussein sempat berbicara kepada wartawan, dan mempertanyakan alasan penutupan masjid untuk ibadah shalat Jumat.

Baca: Protes Penutupan Masjid Al-Aqsa, Ulama Yerusalem Ditangkap

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memberi isyarat bahwa lokasi itu tetap ditutup sampai setidaknya hari Minggu, saat keamanan dinilai membaik.

Dia juga berbicara tentang peningkatan keamanan di pintu masuk ke tempat suci saat dibuka kembali.  

Pada hari Sabtu ini, akses terbatas diterapkan di Gerbang Damaskus -pintu masuk utama yang digunakan oleh orang-orang Palestina ke Kota Tua Yerusalem. Hanya penduduk dengan identifikasi diizinkan untuk lewat.

Sekitar 20 orang Palestina menunggu di balik penghalang polisi di dekat Gerbang Damaskus untuk melihat apakah mereka bisa melintas.

"Ini bukan keamanan, ini hukuman," kata Bader Jweihan, seorang akuntan berusia 53 tahun untuk sebuah perusahaan bus yang sedang mencoba untuk mulai bekerja, namun ditolak masuk.

"Mereka ingin menghukum warga Arab di Yerusalem," cetusnya seperti dikutip AFP.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com