Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari Banyak Korban, Militer Filipina Serang Marawi dari Udara

Kompas.com - 08/07/2017, 18:03 WIB

MARAWAI, KOMPAS.com – Pasukan Filipina terus melawan milisi Maute, sayap kelompok teror Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), di Marawi. Mereka menyerang dari udara untuk menghadapi para penembak jitu ISIS yang bertebaran di gedung-gedung bertingkat.

Juru bicara militer Filipina, Letnan Kolonel Jo-ar Herrera, Sabtu (8/7/2017), mengatakan, masalah yang dihadapi di darat itu menjadi alasan bagi Manila menggunakan serangan udara, sekalipun risiko kerusakan yang ditimbulkan di Marawi sangat besar.

"Jika kami tidak menggunakan serangan udara, kami akan menghadapi lebih banyak korban dari kalangan pasukan kami," katanya kepada wartawan di Marawi, kota yang dikuasai ratusan militan sejak 23 Mei 2017, demikian kantor berita Perancis, AFP, melaporkan.

Sekalipun sudah lebih dari sebulan Manila mengerahkan ratusan tentara bertempur, militan yang mengibarkan bendera hitam ISIS tersebut masih kuat bercokol di berbagai sudut kota.

Baca: Terungkap, Mengapa Milisi Maute di Marawi Sulit Ditaklukkan

Militer telah menggunakan jet, pesawat, dan helikopter tempur, dipersenjatai dengan bom dan roket, untuk menyerang daerah di mana kelompok militan tersebut bersembunyi.

"Kami telah mengidentifikasi posisi pertahanan utama, kemudian melakukan serangan udara, namun mereka masih menempati bangunan bertingkat tinggi,” kata Herrera.

"Salah satu alasan kami menggunakan aset-aset udara, adalah inilah cara yang kami butuhkan untuk melumpuhkan posisi para penembak jitu," juru bicara militer regional itu.

"Mereka menempati bangunan bertingkat tinggi sehingga kami harus lebih tinggi dari mereka, jadi kami menggunakan serangan udara."

Ada ratusan militan melakukan serangan membabi-buta pada masa awal pengepungan di sebagian kota Marawi, 23 Mei.

Fakta Maute di Marawi, Militan Pro-ISIS Paling Terlatih di Filipina

Herrera mengatakan, sekarang hanya ada sekitar 80 orang bersenjata yang masih aktif di "daerah pertempuran utama" yang dikitari sekitar 800 bangunan.

"Ini daerah dengan gedung-gedung tinggi inilah pusat perdagangan kota Marawi," jelasnya.

Ada juga 300 warga sipil yang terjebak di daerah pusat perdagangan kota Marawi.

Menurut Herrera, beberapa warga dijadikan sandera, pengangkut logistik, dan bahkan dipaksa menjarah kota.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com