Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2017, 18:41 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Penemuan sabu-sabu bernilai 10 juta peso atau sekitar Rp 2,6 miliar di rumah mantan wali kota Marawi dianggap pemerintah Filipina membuktikan adanya kaitan antara politisi dan krisis di Marawi.

Aparat keamanan Filipina pada Jumat (23/6/2017) menyita dua kilogram sabu di kediaman Omar Solitario Ali saat melakukan operasi pembersihan.

Baca: Pimpinan ISIS Asia Tenggara Diduga Kabur dari Kota Marawi

Pemerintah Filipina yakin kediaman mantan wali kota Marawi itu pernah digunakan kelompok Maute sebagai sebuah "rumah aman".

"Perkembangan ini diharapkan bisa membawa bukti adanya hubungan antara penjualan obat-obatan terlarang dan pemberontakan yang terus berlangsung ini," kata juru bicara kepresidenan Ernesto Abella, Sabtu (24/6/2017).

Ali adalah salah satu orang yang masuh daftar penangkapan yang diterbitkan Departemen Pertahanan setelah Presiden Rodrigo Duterte menetapkan status darurat militer pada 23 Mei lalu.

Ali juga merupakan salah seorang politisi yang dituduh Duterte memiliki hubungan dengan para pengedar narkoba.

Saudara laki-laki Ali, Fajad Salic, juga pernah menjadi wali kota Marawi, bulan lalu didakwa membantu kelompok Maute yang menduduki kota itu.

Duterte berulang kali mengklaim bahwa aktivitas berbagai kelompok militan di Mindanao dibiayai uang dari penjualan narkotika.

Baca: Terpaksa Hancurkan Kota Marawi, Presiden Duterte Minta Maaf

Dalam laporan terkait undang-undang darurat yang disampaikan ke Kongres, Duterte mengatakan, kelompok Maute memiliki kaitan dengan kelompok bersenjata asing dan mengambil untung dari uang penjualan narkoba.

Bahkan saat berpidato di hadapan tentara pada Mei lalu, Duterte mengatakan, Mindanao adalah sarang sabu-sabu dan sejumlah politisi mendapat kekayaannya dari pejualan obat terlarang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com