Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intoleransi Perburuk Prespektif Damai di Indonesia

Kompas.com - 09/06/2017, 16:14 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Posisi Indonesia anjlok drastis pada Indeks Perdamaian Global (Global Peace Index) 2017 menyusul maraknya kasus intoleransi dan ketegangan terkait isu agama.

Terutama konflik antara kelompok garis keras dengan minoritas menjadi penyebab utama, sebagaimana dilaporkan Deutsche Welle, Jumat (9/6/2017).

Maraknya intoleransi membuat posisi Indonesia melorot sangat tajam dalam daftar Indeks Perdamaian Global 2017.

Laporan tahunan yang dikeluarkan “Institute for Economics and Peace” itu menempatkan Indonesia turun 10 posisi, yakni menempati pada posisi 52 dari 163 negara.

Baca: Ini Pidato Lengkap Jokowi soal Gejolak Perpecahan di Tengah Masyarakat

Padahal pada tahun 2016, perdamaian di Indonesia relatif terjaga sehingga berada di posisi 42. 

"Meski mayoritas negara di Asia Pasifik mencatat peningkatan skor, Indonesia sebaliknya membukukan penurunan terbesar di kawasan," demikian ditulis di dalam laporan tersebut.

Teror politik

Penyebab kejatuhan Indonesia adalah "teror politik dan angka konflik dalam negeri, terutama meningkatnya ketegangan antara kaum Muslim garis keras dan kelompok minoritas, terutama Kristen."

Tahun 2016 silam Indonesia mencatat sejumlah insiden, antara lain yang terbesar adalah kisruh di Tanjungbalai, Medan, yang dipicu oleh aksi protes seorang penduduk terhadap volume suara Adzhan yang dinilai terlalu keras.

Baca: Presiden Jokowi: Pisahkan Agama dan Politik 

Gesekan tersebut lalu tersulut menjadi kerusuhan saat kaum muslim merusak sebuah vihara.

Ketegangan SARA juga muncul pada masa kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta akhir 2016 silam. Selain ujaran kebencian, Pilakada DKI juga diwarnai berbagai tindak intoleransi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, saat ini mendekam di penjara setelah dinyatakan bersalah melakukan penodaan agama.

Indeks Perdamaian Global menggunakan 23 indikator, termasuk tindak kriminal, militerisasi sipil, perdagangan senjata dan jumlah korban jiwa dalam konflik domestik atau internasional.

Di seluruh dunia konflik berdarah menyebabkan kerugian materil yang ditaksir mencapai 14,3 triliun dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com