Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejabat AS Sebut Peretas Rusia Serang Qatar, Picu Krisis Diplomatik

Kompas.com - 07/06/2017, 06:01 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Pihak penyelidik Amerika Serikat meyakini, peretas Rusia telah menyerang kantor berita negara Qatar, dan mempublikasikan berita palsu yang memicu krisis di antara negara Teluk, aliansi AS.

Keterangan ini diungkapkan secara singkat oleh seorang pejabat AS yang tak disebutkan identitasnya, seperti dilansir laman CNN, Rabu (7/6/2017).  

Saat ini, Biro Penyelidik Federal (FBI), baru saja mengirim tim ke Doha untuk membantu pemerintah Qatar mengungkap insiden peratasan tersebut.  

Temuan intelijen yang didapat badan keamanan AS mengindikasikan, peretas Rusia berada di belakang gangguan, yang pertama kali dilaporkan Pemerintah Qatar dua pekan lalu, kata pejabat AS itu.

Selama ini, Qatar menjadi tempat dari salah satu pangkalan militer terbesar AS di wilayah tersebut.

Tuduhan keterlibatan hacker Rusia meningkatkan kekhawatiran badan intelijen dan penegakan hukum AS bahwa Rusia terus mencoba upaya peretasan terhadap sekutu AS, seperti yang diyakini terjadi kala pemilihan presiden AS 2016 lalu.  

Pejabat AS mengatakan, tujuan Rusia tampaknya adalah untuk menyebabkan perpecahan di antara AS dan sekutu-sekutunya.

Dalam beberapa bulan terakhir muncul dugaan aktivitas siber Rusia, termasuk penggunaan berita palsu, muncul di tengah pemilihan umum di Perancis, Jerman, dan negara-negara lain.

Belum jelas apakah AS telah melacak para hacker dalam insiden Qatar kepada organisasi kriminal Rusia atau dinas keamanan Rusia yang dipersalahkan atas peretasan pemilihan AS.

Seorang pejabat lain mencatat, berdasarkan data intelijen masa lalu menyebutkan tidak banyak hal semacam itu bisa terjadi di negara tersebut, tanpa restu pemerintah.

Sementara, pihak FBI dan Pusat Intelijen AS (CIA) menolak berkomentar tentang kabar ini.

Seorang Jurubicara Kedutaan Qatar di Washington mengatakan, penyelidikan sedang berlangsung dan hasilnya akan segera dirilis untuk publik.

Pemerintah Qatar telah membantah munculnya sebuah berita pada 23 Mei di kantor berita QNA yang menyebutkan penguasa negara itu bersahabat dengan Iran dan Israel, serta mempertanyakan kelangsungan kekuasaan Presiden Donald Trump.

QNA juga menerbitkan berita yang menyebut Doha menarik duta besar dari Arab Saudi, Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab setelah menemukan adanya konspirasi melawan Qatar.

Meski dibantah, laporan tersebut terlanjur memicu ketegangan politik di Teluk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com