Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir dan Badai Tewaskan 201 Orang di Sri Lanka dan India

Kompas.com - 29/05/2017, 23:19 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

KOLOMBO, KOMPAS.com - Hujan dan badai petir berturut-turut menghantam wilayah Sri Lanka dan India, Senin (29/5/2017). Sedikitnya 201 orang tewas akibat banjir dan longsor serta topan di kedua negara tersebut.

Reuters melaporkan, banjir dan tanah longsor di Sri Lanka telah menewaskan 177 orang dalam beberapa hari terakhir. Sementara itu, Topan Mora di negara bagian Bihar, India Timur, merenggut nyawa 24 orang.

Baca: Banjir dan Longsor di Sri Lanka, 91 Orang Tewas dan 110 Orang Hilang

Banjir paling parah sejak 2003 ini juga memutus akses ke banyak desa. Sebanyak 557.500 orang diperkirakan terdampak banjir tersebut, sebagian besar di antaranya bekerja di perkebunan karet.

Sementara itu, hampir 75.000 penduduk mengungsi dari rumah mereka. Warga desa di Agalawatte, yang terletak 74 kilometer sebelah tenggara ibu kota Kolombo, tidak yakin banjir itu bakal segera surut.

Sebanyak 53 penduduk desa tersebut dilaporkan meninggal dunia dan 58 orang lainnya hilang.

"Semua akses ke desa kami terputus. Sebuah tanah longsor terjadi di dalam desa dan beberapa rumah dikubur," kata Mohomed Abdulla (46), warga desa tersebut.

Beberapa daerah di wilayah pesisir selatan Galle, yang populer di kalangan turis mancanegara, masih terisolasi akibat bencana alam itu.

"Seluruh akses desa saya terputus dan tidak ada yang bisa datang ke desa ini," kata CM Chandrapla (54) dari desa wisata Neluwa.

"Tidak ada persediaan (makanan) selama dua hari terakhir ini. Air telah naik di atas bangunan bertingkat tiga dan orang-orang bertahan dengan berlari ke tempat yang lebih tinggi," ujarnya.

Warga di tujuh kabupaten berpenduduk padat di selatan dan tengah Sri Lanka diminta untuk menjauh dari lereng yang tidak stabil jika terjadi longsor lebih lanjut.

Di Sri Lanka, musim hujan biasanya terjadi pada Mei sampai September. Negara ini juga menerima hujan deras di musim muson barat laut pada November sampai Februari.

Reuters menyaksikan beberapa warga mengungsi di lantai atas rumah mereka. Warga sipil dan petugas dengan kapal mendistribusikan makanan, air, dan barang-barang bantuan lainnya.

Salah satu daerah yang terkena dampak paling parah adalah distrik pesisir selatan Matara, yang merupakan rumah bagi perkebunan teh hitam.

Pasokan teh diperkirakan akan terganggu karena kurangnya alat transportasi. Sri Lanka telah meminta bantuan internasional dari PBB dan negara-negara tetangga.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com