Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump 'Bocorkan Informasi Rahasia' dengan Rusia

Kompas.com - 16/05/2017, 11:28 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkap informasi sangat rahasia tentang kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah kepada Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, kata sejumlah pejabat AS kepada media negara itu.

Saat berkunjung ke Ruang Oval di Gedung Putih, pekan lalu, Sergei Lavrov diperlihatkan dokumen rahasia oleh Trump, sebagaimana dilaporkan surat kabar Washington Post yang mengutip keterangan beberapa pejabat AS, Senin (15/5/2017) waktu setempat.

Padahal, menurut mereka, informasi itu berasal dari mitra AS yang belum memberi izin kepada AS untuk membaginya kepada Rusia. Akan tetapi, jajaran Trump membantah laporan tersebut.

"Cerita itu tidak benar," kata Dina Powell, Deputi Penasihat Keamanan Nasional (NSA) di bidang strategi, yang menghadiri pertemuan itu.

Baca: Ini Kode Rahasia Bila Donald Trump Ingin Bercinta di Gedung Putih

"Presiden hanya mendiskusikan ancaman-ancaman umum yang dihadapi kedua negara," tambahnya.

Penasihat keamanan nasional Trump, Jenderal HR McMaster, juga menegaskan bahwa laporan itu salah.

Tudingan bahwa Trump terkait dengan pemerintah Moskow beredar sejak kampanye pilpres AS tahun lalu. Namun, Trump menyebutnya sebagai "berita palsu".

Trump justru menuding rivalnya dalam pilpres tahun lalu, Hillary Clinton, ceroboh dalam menangani dokumen-dokumen rahasia negara.

Apa yang terjadi?

Dalam percakapan dengan Menlu Rusia dan Duta Besar Rusia, Sergei Kislyak, di Ruang Oval, Presiden Trump mengungkap hal-hal yang bisa berujung pada pengungkapan sumber informasi, kata sejumlah pejabat AS kepada harian Washington Post dan the New York Times.

Baca: Lewat Sepucuk Surat, Presiden Trump Pecat Direktur FBI

Diskusi itu membahas rencana ISIS dan pemaparan intelijen yang muncul dari sekutu AS. Seperti dilaporkan kedua harian itu, informasi tersebut terlalu sensitif untuk dibagi ke Rusia, yang bukan sekutu AS.

Semua yang hadir dalam pertemuan tersebut, menurut Washington Post, belakangan menyadari kesalahan itu dan buru-buru 'menambal kerusakan' dengan menginformasikan dua badan intelijen AS, CIA dan NSA.

Reaksi parlemen

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com