DAMASKUS, KOMPAS.com - Pasukan Amerika Serikat berpatroli di sepanjang perbatasan Turki dan Suriah untuk pertama kalinya.
Patroli ini digelar setelah jet-jet tempur Turki menggempur wilayah itu dan menewaskan banyak pasukan Kurdi sekutu Amerika Serikat.
Pekan lalu, AU Turki membombardir posisi-posisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Suriah, yang menjadi sekutu koalisi pimpinan AS dalam menghadapi ISIS.
Namun, di sisi lain, di mata pemerintah Turki, YPG tak lebih dari sebuah kelompok teroris yang harus dimusnahkan.
Baca: Coba Lintasi Perbatasan Turki, Pengungsi Suriah Ditembaki
Serangan udara yang menewaskan 25 orang anggota YPG itu memicu kemarahan AS yang menganggap YPG adalah pasukan darat terkuat yang bisa memimpin upaya merebut kota Raqqa dari tangan ISIS.
Sepanjang akhir pekan lalu, konvoi kendaraan lapis baja Amerika Serikat terlihat di sepanjang perbatasan yang panas itu.
Patroli terang-terangan itu merupakan langkah tak lazim Washington dalam upaya menghentikan serangan lanjutan Turki.
"Tujuan patroli ini adalah untuk mengurangi eskalasi dan kekerasan antara dua rekan kami yang paling terpercaya dan memperkuat komitmen AS baik kepada Turki maupun SDF dalam perang melawan ISIS," demikian pernyataan komando gabungan AS.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan justru tak banyak berbuat untuk mengurangi ketegangan dan bahkan malah mengulangi ancamannya.
"Kami bisa datang tiba-tiba di malam hari. Kami tak akan memberi kesempatan bagi kelompok teror dan militer Turki siap setiap saat," kata Erdogan, Minggu (30/4/2017) malam.
Pasukan darat Amerika hanya berada beberapa kilometer dari lokasi yang diserang Turki. Selain itu, Washington diberi kabar hanya 52 menit sebelum serangan terjadi.
Sedangkan Erdogan mengatakan, dirinya merasa sedih saat melihat bendera Amerika berkibar dalam konvoi bersama dengan lambang-lambang YPG.
Baca: Pasukan Peshmerga Tiba di Perbatasan Turki-Suriah
YPG adalah cabang dari Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang sejak 1984 menggelar pemberontakan terhadap Turki dan sudah mengakibatkan ribuan nyawa melayang.
Dan, Erdogan menambahkan, dia akan membawa masalah ini saat bertemu Presiden Donald Trump di Washington DC pada 16 Mei mendatang.
Saat itu, Erdogan akan mendesak agar kerja sama pasukan Amerika Serikat dan YPG dihentikan secepat mungkin.
Kerja sama Amerika dan YPG dimulai di masa pemerintahan Barack Obama dan meski Presiden Trump pernah mengatakan akan memikirkan lagi kerja sama itu, nyatanya tak ada yang berubah.