Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Jepang Ungkap Rencana Pembatasan Jam Lembur Pekerja

Kompas.com - 19/04/2017, 12:20 WIB

TOKYO, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang untuk pertama kali mengungkap rencana untuk membatasi jam lembur para pekerja untuk mengurangi angka karoshi atau kematian akibat kelelahan bekerja.

Upaya ini dilakukan setelah tahun lalu pucuk pimpinan perusahaan periklanan Dentsu mengundurkan diri setelah seorang karyawannya bunuh diri karena bekerja lembur lebih dari 100 jam sebulan.

Kematian Matsuri Takahashi menjadi pembicaraan di berbagai media nasional, mendorong pemerintah mencari solusi untuk masalah kelebihan jam kerja.

Kelelahan akibat jam kerja yang panjang setiap tahun mengakibatkan ratusan kematian akibat stroke, serangan jantung, atau bunuh diri.

Baca: Jumlah Karyawan di Jepang yang Tewas Akibat Kelelahan Bekerja Meningkat

Sebuah panel yang dipimpin langsung PM Shinzo Abe kemudian bekerja untuk menetapkan level maksimal jam lembur selama sebulan adalah 100 jam.

Abe menyebut hal ini sebagai sebuah langkah bersejarah yang akan mengubah cara warga Jepang menyikapi pekerjaan mereka.

Namun, sejumlah kalangan pesimistis langkah pemerintah ini akan mengubah kondisi dan jumlah karoshi.

Asosiasi Pengacara Buruh Jepang mengkritik usulan solusi itu sebagai sangat tidak tepat dan sangat sulit untuk didukung.

"Ini sama saja dengan memberikan sebuah batasan yang bisa menyebabkan kematian akibat jam kerja yang terlalu panjang," kata Ichiro Natsume, ketua asosiasi.

Baca: Karyawan Bunuh Diri akibat Kebanyakan Kerja, CEO Mundur

Kecaman asosiasi ini didukung warga yang anggota keluarganya menjadi korban karoshi.

"Kami tak bisa menerima ini. Keputusan ini sangat berlebihan," ujar Emiko Teranishi, ketua kelompok keluarga korban karoshi.

"Saya kira pemerintah akan menyelesaikan masalah ini. Namun, keputusan ini adalah sebuah langkah mundur dan bukan kemajuan," tambah Emiko.

Suami Emiko adalah manajer sebuah restoran mi soba di Kyoto yang bunuh diri pada pertengahan 1990-an.

Kematian suami Emiko itu diduga kuat akibat depresi yang disebabkan terlalu lamanya jam kerja.

"Suami saya secara total bekerja 4.000 jam setahun tanpa libur akhir pekan. Paling banter dia mendapatkan libur dua hari dalam sebulan," ujar Emiko.

"Dia menderita depresi. Dia mengatakan kepada saya dia tak bisa makan atau tidur. Saya meminta dia tak masuk kerja di pagi hari, tetapi dia terus bekerja," tambah dia.

Baca: Akibat Fatal Budaya Kerja Berlebihan Karyawan Jepang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com