Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aung San Suu Kyi Sangkal Ada Genosida Rohingya

Kompas.com - 06/04/2017, 10:11 WIB

KOMPAS.com - Aung San Suu Kyi membantah terjadinya pembersihan etnis minoritas Muslim Rohingya di Myanmar. Menteri Luar Negeri Myanmar ini pun menyebut istilah tersebut "terlalu keras".

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan BBC, pemenang Nobel perdamaian itu mengakui ada masalah di negara bagian Rakhine, lokasi kebanyakan orang Rohingya tinggal.

Namun,  dia mengatakan, pembersihan etnis atau genosida adalah istilah yang "terlalu keras" untuk digunakan dalam situasi di sana.

Sebaliknya, pemimpin de-facto Myanmar itu mengatakan, mereka akan menyambut kembali setiap orang Rohingya, dengan tangan terbuka.

"Saya kira, tidak terjadi pembersihan etnis di sana. Saya pikir pembersihan etnis adalah istilah yang terlalu keras untuk digunakan dalam menggambarkan apa yang terjadi," kata dia.

"Permusuhan itu memang ada -terjadi juga Muslim yang membunuh Muslim, jika mereka berpikir ada Muslim yang bekerja sama dengan pihak berwenang," sambungnya.

"Ini bukan soal pembersihan etnis seperti yang Anda istilahkan. Itu adalah masalah tentang orang-orang di dua sisi berbeda yang terpecah, dan keterpecahan inilah yang kami berusaha rekatkan," kata Suu Kyi.

Kaum Rohingya tak diakui kewarganegaraannya di Myanmar yang juga dikenal sebagai Burma.

Sebab, mereka dipandang sebagai imigran ilegal dari Banglades. Mereka menderita diskriminasi rutin dari para pejabat resmi dan masyarakat umum.

Puluhan ribu warga Rohingya tinggal di kamp-kamp darurat setelah mengungsi akibat kekerasan tahun 2012.

Dalam beberapa bulan terakhir, sekitar 70.000 orang telah melarikan diri ke Banglades untuk menghindari operasi militer pemerintah di Rakhine, pasca tewasnya sembilan polisi dalam sebuah serangan.

Bulan lalu PBB mengumumkan akan melakukan penyelidikan atas dugaan bahwa militer telah menyasar warga Rohingya secara acak selama operasi militer, menjadikan mereka sebagai obyek pemerkosaan, pembunuhan dan penyiksaan.

Pemerintah setempat telah membantah tuduhan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com