Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalinya Anak Timor Leste yang "Diambil Paksa" TNI

Kompas.com - 26/03/2017, 09:39 WIB

Makam Alberto Muhammad ada di Timor Leste, tapi dia belum meninggal dunia. Dia masih bernyawa dan kini tinggal di Jawa Barat, Indonesia. Alberto merupakan satu dari ribuan anak yang diambil oleh Indonesia saat Timor Leste integrasi dengan Indonesia. Setelah lebih dari 30 tahun lalu dipisah secara paksa, Alberto kembali ke Timor Leste dan wartawan BBC, Rebecca Henschke, mengikutinya dalam perjalanan tersebut.

Durasi penerbangan dari Pulau Bali ke ibu kota Timor Leste, Dili, kurang dari dua jam. Namun, selama 43 tahun hidupnya, Alberto Muhammad tak pernah membayangkan bakal menempuh perjalanan ini.

Kedatangan Alberto telah ditunggu kerumunan keluarga besarnya di Dili. Sebagian dari mereka rela bertolak dari desa ke Dili dalam perjalanan yang memakan waktu selama tujuh jam, demi bertemu Alberto.

Ketika kaki Alberto turun dari tangga pesawat dan menyentuh aspal bandara, dia langsung berlutut dan berdoa. Keluarga besar Alberto mengelilinginya. Semua ingin menyentuhnya, merasakan kulitnya, membelai kepalanya, dan menyentuh wajahnya. Tangis haru menetes dari mata mereka.

Alberto berulang kali mengucapkan, "Saya tidak percaya berada di sini."

Pria itu tak ingin melewatkan waktu sejenak pun untuk bertukar kabar. Dia ingin tahu siapa yang sudah meninggal dunia, siapa yang punya anak, dan siapa menikah dengan siapa. Dia lalu diperkenalkan dengan sejumlah anggota keluarga dan ingatannya segar kembali.

Semua keluarga di negara kecil telah kehilangan sedikitnya satu anak akibat perang. Kematian menjadi sesuatu yang wajar di sini, tapi kembalinya anak yang hilang bukan sesuatu yang lumrah.

Alberto merupakan salah seorang dari 14 anak Timor yang hilang. Mereka kini berusia antara 30-an hingga 40-an tahun. Kembalinya mereka ke Timor Leste dimungkinkan berkat upaya kelompok HAM Indonesia, AJAR, dengan dukungan Komnas HAM, Kementerian Luar Negeri RI, serta pemerintah Timor Leste.

Komisi pencari kebenaran Timor Leste, CAVR, memperkirakan ada sekitar 4.000 anak Timor Leste yang dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka antara 1975 sampai 1999 akibat militer Indonesia, pemerintah Indonesia, atau organisasi keagamaan. Mereka disebut anak yang dicuri.

Namun, pemerintah Indonesia menolak bahwa anak-anak itu diambil secara paksa dan menyebut mereka sebagai anak-anak yang "terpisah".

"Mereka dibawa tanpa persetujuan tulus orang tua. Beberapa di antara mereka diurus dengan baik, dididik, dan dicintai. Namun, banyak juga yang disiksa dan ditelantarkan," kata Galuh Wandita, koordinator program reuni itu.

Militer Indonesia, menurut Galuh, ingin "mengadopsi" anak-anak dari keluarga penentang pemerintah Indonesia sebagai cara untuk menghukum, melemahkan, dan mempermalukan musuh.

"Bagi militer, anak-anak ini dibawa seperti jarahan perang. Pulang kembali dari Timor Leste dengan membawa anak menjadi seperti bukti kesuksesan mendominasi Timor Leste," imbuh Galuh.

Organisasi-organisasi keagamaan berjanji kepada orang tua yang anaknya diambil bahwa mereka akan dididik. Anak-anak itu beberapa lalu diislamkan. Timor Leste adalah negara yang penduduknya mayoritas beragama Katolik.

bbc Alberto Muhammad beserta istri dan anak-anaknya di Karawang, Jawa Barat.
Anak-anak yang hilang

Sebagian besar anak-anak Timor Leste, seperti Alberto, adalah bocah yang direkrut militer Indonesia untuk berperang melawan kelompok pro-kemerdekaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com