Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump: Tuduhan atas Obama Akan Terbukti Benar

Kompas.com - 06/03/2017, 11:49 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump mengatakan, tuduhannya bahwa mantan Presiden Barack Obama telah menyadap panggilan teleponnya di Trump Tower, New York “akan terbukti benar”.

Penerbit laman Newsmax Media yang juga teman Trump, Christopher Ruddy, Minggu (5/3/2017) menulis bahwa Trump mengatakan padanya “tuduhan ini akan diselidiki. Semua akan dipaparkan. Saya akan terbukti benar.”

Trump,  Sabtu (4/3/2017), menuduh Obama telah menyadap telepon-teleponnya satu bulan menjelang pemungutan suara 8 November 2016.

Apa yang dilakukan Obama itu sebagai bagian dari penyelidikan pemerintah Obama terhadap dugaan bahwa Rusia ikut campur tangan dalam pemilu AS.

Trump belum menunjukkan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.

Direktur Badan Inteljen Nasional AS pada pemerintahan Obama, James Clapper, mengatakan tuduhan itu bohong.

“Tidak ada kegiatan seperti penyadapan terhadap presiden terpilih ketika itu, atau ketika ia masih menjadi kandidat, atau terhadap tim kampanyenya," ujar Clapper dalam program “Meet the Press” di stasiun televisi NBC, Minggu (5/3/2017).

“Presiden sedang dalam masalah,” ujar pemimpin faksi Demokrat di Kongres, Chuck Schummer, dalam acara yang sama.

“Jika ia menyebarluaskan kabar bohong yang misinformasi seperti ini, jelas salah. Ini menjatuhkan martabat kepresidenan. Ini menunjukkan,  presiden tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap."

Gegabah

Sementara itu dalam program “Face the Nation” di stasiun televisi CBS, tokoh faksi Demokrat yang duduk di Komite Inteljen Senat, Mark Warner, mengatakan ia “tidak terkejut” dengan tuduhan Trump.

“Menyampaikan klaim tanpa bukti sedikit pun, jelas sangat gegabah,” kata Warner.

Sejumlah anggota faksi Republik tidak segera mengkritik Trump, tetapi bersikap skeptis.

Senator Marco Rubio mengatakan pada NBC, “Trump harus menjawab apa yang sebenarnya terjadi."

Selain itu, Senator Tom Cotton yang juga duduk di Komite Inteljen Senat mengatakan pada Fox News, tuduhan penyadapan akan menjadi bagian penyelidikan terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu AS dan kontak yang dilakukan tim kampanye Trump dengan pejabat-pejabat Rusia.

Berdasarkan undang-undang di AS, seorang presiden tidak bisa memerintahkan untuk menyadap telepon seseorang.

Ia harus mendapat persetujuan dari seorang hakim federal dan juga menunjukkan alasan yang jelas mengapa seorang teleponon warga perlu dipantau.

Badan intelijen menyimpulkan, Rusia telah meretas komputer Manajer Tim Kampanye Hillary Clinton, John Podesta, dan kemudian kelompok WikiLeaks telah merilis ribuan email Podesta beberapa minggu menjelang pemilu tersebut.

Tampaknya hal ini merupakan bagian dari upaya Rusia untuk membantu Trump mengalahkan calon presiden Partai Demokrat, Hillary Clinton, dalam pemilu. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com