Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Desak Kongres Selidiki Dugaan Penyadapan oleh Obama

Kompas.com - 06/03/2017, 07:22 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Gedung Putih, Minggu (5/3/2017), mendesak panel Kongres yang mengawasi intelijen untuk menindaklanjuti pernyataan Presiden AS, Donald Trump, tentang kemungkinan pemerintahan pendahulunya, Barack Obama, melakukan penyadapan terhadap Trump.

"Laporan-laporan" tentang penyelidikan "bermotif politik" menjelang Pemilu 2016 sangat memprihatinkan," kata juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, seperti dirilis Agence France-Presse.

Pemimpin Kongres dari Partai Republik dan sejumlah anggotanya tampaknya bersedia menanggapi permintaan Trump.

Namun, langkah itu memiliki potensi resiko bagi presiden, terutama jika komite intelijen DPR dan Senat mendapati informasi yang merusak nama baik Trump, para pembantunya, atau rekan-rekannya. Hal itu akan berdampak secara politik.

Trum menduga, terjadi penyalahgunaan investigasi pada pemerintahan Presiden AS yang ke-44 itu, yang berlangsung menjelang Pilpres November 2016 sebagai bagian dari penyelidikan mereka mengenai campur tangan Rusia dalam pemilu.

Tanpa bukti apapun, Trump dalam kicauannya di Twitter, Sabtu (4/3/2017), menuduh pemerintahan Obama menyadap teleponnya di markas Trump Tower di New York sebelum Pilpres November 2016.

Dua puluh empat jam setelah kicauan Trump tentang pendahulunya itu, para pembantu Trump sudah bergegas untuk mengambil langkah lebih lanjut.

Walau mereka mengakui masih belum ada bukti kuat, namun para pembantu Trum sudah menyerukan Kongres untuk menyelidikinya.

Tuduhan Trump itu telah dibantah oleh seorang pembantu mantan Presiden Obama sebagai “bohong belaka”.

Mantan Direktur Intelijen Nasional AS, James Clapper, kepada jaringan televisi NBC “Meet the Press” Minggu (5/3/2017), mengatakan “tidak ada kegiatan penyadapan semacam itu terhadap presiden terpilih saat itu, atau kandidat atau kampanyenya”.

Clapper mengatakan, tidak ada perintah pengadilan yang mengizinkan penyadapan menyasar Trump sebelum atau setelah pilres.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP/AP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com