Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 47 Tahun, Apa Penyebab Arab Saudi Kembali "Melirik" Indonesia?

Kompas.com - 28/02/2017, 17:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah 47 tahun, Kepala Negara Arab Saudi kembali berkunjung ke Indonesia mulai Rabu (1/3/2017).

Sebenarnya, apa alasan Arab Saudi kembali "melirik" Indonesia? Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan penjelasan.

"Saya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi di sela-sela KTT G-20 di Jerman belum lama ini," ujar Retno saat ditemui Kompas.com di ruang kerjanya, Selasa (28/1/2017).

Menlu Adel al-Jubeir, menurut Retno, saat itu mengatakan, selama beberapa tahun terakhir, Pemerintah Arab Saudi melihat keseriusan Indonesia untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara.

Keseriusan itu, tambah Retno, semakin kuat dalam dua tahun terakhir yang juga diwarnai kunjungan Presiden Joko Widodo ke Arab Saudi.

"Menlu Saudi beberapa kali ke Indonesia. Saya juga beberapa kali ke Saudi. Selain itu, juga ada kunjungan bisnis, parlemen, dan kementerian yang bertanggung jawab di bidang investasi," kata Retno.

Karena itu, dalam dua tahun terakhir, terjadi peningkatan hubungan yang luar biasa antara kedua negara.

"Pemerintah Saudi memotret bahwa ada keinginan Indonesia untuk meningkatkan hubungan beyond urusan haji dan tenaga kerja," kata Retno.

Bukan berarti masalah haji dan tenaga kerja tidak lagi menjadi prioritas. Kedua sektor ini tetap menjadi perhatian dalam hubungan kedua negara.

Namun, ada banyak hal selain urusan haji dan tenaga kerja yang bisa dijalin dan dikembangkan antara kedua negara.

"Arab Saudi dan Indonesia sama-sama negara besar dan memiliki pengaruh cukup kuat di kawasan masing-masing," ujar Retno.

"Selain itu, Saudi dan Indonesia juga merupakan negara kunci di OKI, jadi jika kedua negara semakin dekat, akan memberi pengaruh baik bagi kawasan masing-masing," ujar Retno.

Dengan posisi demikian, Retno mengatakan, Indonesia dan Arab Saudi berkepentingan meningkatkan hubungan kerja sama, terutama dalam bidang ekonomi.

"Ekonomi itu perdagangan, investasi, dan wisata sehingga diversifikasi isu antara kedua negara menjadi lebih beragam, tak hanya masalah haji dan TKI," kata Retno.

Sejak 2011-2016, neraca perdagangan Indonesia dan Arab Saudi sangat timpang, alias selalu mengalami defisit.

Defisit perdagangan yang tercatat 1,39 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,5 triliun pada 2016. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 1,36 miliar dollar AS.

Pada 2016, nilai ekspor Indonesia ke Arab Saudi hanya 1,33 miliar dollar AS, sementara impor dari Saudi mencapai 2,73 miliar dollar AS.

Selain itu, investasi Arab Saudi di Indonesia terbilang tak banyak. Negeri itu hanya menempati peringkat ke-57 dengan nilai 900.000 dollar AS atau sekitar Rp 11,9 miliar untuk 44 proyek.

Dalam rentang waktu 2012-2016, nilai investasi Arab Saudi di Indonesia hanya sekitar 34,5 juta dollar AS dalam 82 proyek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com