Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Juta Orang di Tanduk Afrika Hadapi Kekurangan Pangan Terburuk

Kompas.com - 30/01/2017, 22:24 WIB

NAIROBI, KOMPAS.com - Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di kawasan Tanduk Afrika menghadapi krisis dan tingkat rawan pangan darurat.

Menurut FAO, kemarau panjang yang meluas di Tanduk Afrika telah bertambah parah sejak kegagalan hujan Oktober-Desember dengan hanya seperempat curah hujan yang diterima, seperti dilaporkan Agence France-Presse (AFP), Senin (30/1/2017).

Wakil Direktur Jenderal FAO Urusan Sumber Daya Alam dan Iklim, Maria Helena Semedo, memperingatkan jika reaksi tak segera dilancarkan dan secara memadai, resikonya sangat besar dan kerugiannya tinggi.

"Sekarang waktunya bertindak," kata Maria Helena Semedo, "Situasi kekeringan di wilayah tersebut sangat mengkhawatirkan, terutama di hampir semua Somalia tetapi juga di seluruh bagian  selatan dan selatan-timur Ethiopia, serta Kenya utara.

Besarnya situasi memicu dikeluarkannya seruan bertahap dan koordinasi di tingkat regional serta nasional.

"Ini, di atas semuanya, adalah kondisi darurat kemanusiaan dan kehidupan, dan waktu untuk bertindak adalah sekarang," kata Semedo di dalam satu pernyataan yang diterima di Nairobi.

Menurut FAO, 17 juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan darurat di Djibouti, Eritrea, Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, dan Uganda.

Hampir 12 juta orang di seluruh Ethiopia, Kenya, dan Somalia memerlukan bantuan pangan, sementara banyak keluarga menghadapi akses terbatas ke pangan dan penghasilan.

Kondisi itu diperparah dengan kenaikan utang, simpanan benih dan sereal rendah dan produksi daging serta susu juga rendah.

Peringatan siaga pra-kelaparan telah dikeluarkan untuk Somalia dan reaksi kemanusiaan segera sangat diperlukan.

Gizi buruk dan kekurangan pangan parah juga masih menjadi keprihatinan utama di banyak bagian Sudan Selatan, Sudah (Darfur Barat), dan wilayah Karamoja di Uganda.

"Kita tak bisa menunggu bencana seperti kelaparan pada 2011," kata Semedo, seperti dilaporkan Xinhua, Senin.

Ia menambahkan terulangnya babak kemarau telah mengakibatkan gagal panen berturut-turut, wabah penyakit, memburuknya air minum dan kondisi ladang rumput serta kematian hewan.

Wanita pejabat itu mengatakan kondisi kemarau di wilayah tersebut sangat mengkhawatirkan, terutama di hampir seluruh wilayah Somalia, Ethiopia, dan Kenya utara.

"Sebagai konsekuensinya, dengan hujan berikut setidaknya masih delapan pekan lagi dan panen utamka selanjutnya baru pada Juli, jutaan orang menghadapi resiko rawan pangan di seluruh wilayah itu," kata Semedo, seperti dilaporkan AFP.

Bukar Tijani, Asisten Direktur Jenderal FAO dan Wakil Regional untuk Afrika, memperingatkan kondisi tidak aman dan kejutan ekonomi mempengaruhi orang yang paling rentan.

"Situasi dengan cepat memburuk dan jumlah orang yang memerlukan bantuan darurat kemanusiaan serta kehidupan tampaknya akan bertambah sebab musim kering dan kurang hujan berlangsung terus dengan dampak sangat negatif pada kehidupan serta aset rumah tangga dan kondisi rawan pangan serta gizi masyarakat desa yang terpengaruh," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com