Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Trump Tidak Asing bagi Asia Tenggara

Kompas.com - 19/01/2017, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

SAAT ini dunia seakan terbalik. Kita melihat seorang "Raja Asia" di Washington DC yang mudah tersinggung, pemarah, dan pendendam. Orang-orang Asia Tenggara mengenal "karakter" seperti Donald Trump.

Kita telah melewati pemimpin-pemimpin seperti Trump dalam beberapa dekade terakhir, jika bukan berabad-abad. Kita sudah sering berhadapan dengan kemarahan seorang pemimpin yang sering berubah-ubah pikirannya.

Ini seperti sudah menjadi bagian dari DNA politik kita. Bukan berarti kita menyukai raja yang sewenang-wenang dalam memerintah tetapi kita hanya mencoba mengerti mereka.

Bagi kita, semua ini hanyalah tentang bagaimana kita bisa bertahan hidup. Bagaimanapun juga, politik kerajaan bisa menjadi sangat kejam.

Kita mengenal para "leluhur" Trump seperti Raja Narathu dari Myanmar (yang diduga membunuh ayah, kakak, dan istrinya) atau Amangkurat I dari Mataram (yang memiliki kebiasaan buruk membunuh para pengkritiknya).

Di zaman modern, kita menemukan Norodom Sihanouk yang memiliki sifat kekanak-kanakan hingga Presiden Ferdinand Marcos yang serakah, dan Ne Win yang tergila-gila dengan kekuasaan. Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan telah menjadi bagian dari dunia ini.

Para pengusaha tentunya memiliki lebih banyak pilihan dan berada dalam "rombongan" Donald Trump. Mereka akan mendekati pasangan muda berpakaian elegan yang sering menemani mantan bintang acara realita itu ke manapun dia pergi.

Lingkungan orang dalam yang dimiliki tiap raja yang sewenang-wenang biasanya diwarnai oleh hirarki kekuasaan. Dalam pemerintahan Trump, Jared Kushner dan istrinya Ivanka menduduki kekuasaan tertinggi.

Ini sangat ironis mengingat pemimpin yang menghuni Zhongnanhai adalah orang yang sangat berbeda.

Perlu diingat bahwa Beijing dan Kota Terlarang ("Forbidden City") telah melahirkan banyak pemimpin dengan gangguan mental, seperti Kaisar Yang dari Dinasti Sui hingga Permaisuri Dowager Cixi dari Dinasti Qing dan bahkan Mao Zedong.

Xi Jinping adalah pemimpin yang melambangkan prinsip teknokratis. Dia sangat rasional, tenang, namun sekaligus tidak memiliki belas kasihan. "Pemimpin utama" Beijing ini adalah seseorang yang selalu mempertimbangkan, merencanakan, dan melaksanakan setiap langkah dengan cermat dan seksama. Bagi Presiden China, tidak ada yang namanya suatu kebetulan.

Apakah ini cuitan marah-marah pada pukul 2 pagi? Saya rasa tidak.

Ini adalah tanda bagaimana tahun 2016 telah mengalahkan perhitungan geopolitik kita dan menunjukan bahwa China mampu memainkan peran dengan baik di persaingan global. Coba amati kehadiran Xi Jinping di Davos.

Masalah kecocokan antarpribadi juga mempersulit situasi saat ini.

Bagaimana kedua pemimpin ini mengatasi perseteruan mereka? Apakah ada orang yang bisa membayangkan Trump yang sensitif dan berubah-ubah pikirannya akan bekerja sama dengan Xi yang tenang dan keras kepala? Sebuah hubungan yang mudah terpancing amarah akan memiliki dampak yang sangat buruk bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com