Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2016 Tahun Paling Mematikan untuk Jurnalis di Afganistan

Kompas.com - 19/01/2017, 16:20 WIB

KABUL, KOMPAS.com - Sebuah laporan yang dirilis pada Kamis (19/1/2017), mengungkapkan, sepanjang 2016 Afganistan menjadi negara paling berbahaya kedua, setelah Suriah, bagi jurnalis.

Komite Keselamatan Jurnalis Afganistan (AJSC) mengatakan, 13 orang jurnalis tewas sepanjang tahun lalu.

"Dan Taliban berada di belakang setidaknya 10 kasus kematian jurnalis Afganistan," demikian AJSC.

AJSC juga menemukan fakta bahwa sepanjang tahun lalu terdapaty 101 kasus kekerasan terhadap media, atau meningkat 38 persen dibanding 2015.

Organisasi ini juga menyebut, selama lima tahun terakhir sebanyak 28 jurnalis dan pekerja media tewas di berbagai lokasi di Afganistan.

"Peningkatan aksi kekerasan ini membuat Afganistan menjadi negara paling berbahaya kedua bagi jurnalis, setelah Suriah," ujar Najib Sharifi, ketua AJSC.

Laporan AJSC menyebutkan, perubahan kebijakan Taliban terhadap media massa menjadi penyebab utama peningkatan level ancaman dan kekerasan terhadap jurnalis.

Pada Januari tahun lalu, tujuh pekerja stasiun televisi Tolo, yang kerap mengkritik Taliban, tewas akibat bom bunuh diri di Kabul.

Taliban yang mengaku bertanggung jawab mengatakan, serangan itu adalah pembalasan akibat "penyebaran propaganda" yang dilakuan Tolo TV kepada mereka.

Peristiwa itu adalah serangan besar pertama terhadap lembaga pemberitaan di Afganistan sejak Taliban disingkirkan dari kekuasaan pada 2001.

Peristiwa itu juga menggambarkan bahaya yang dihadapi pekerja media di negeri itu di saat situasi keamanan terus memburuk.

Pada Juni, jurnalis AS David Gilkey dan penerjemahnya tewas akibat serangan roket di provinsi Helmand, wilayah selatan Afganistan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com