Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Mugabe Akan Meninggal Tahun Ini, Seorang Pendeta Ditangkap

Kompas.com - 17/01/2017, 08:12 WIB

HARARE, KOMPAS.com - Kepolisian Zimbabwe, Senin (16/1/2017), menangkap seorang pendeta yang mengatakan, Presiden Robert Mugabe yang akan berusia 93 tahun bulan depan, akan meninggal dunia pada Oktober mendatang.

Pengacara Gift Misi mengatakan Pendeta Patrick Mugadza ditahan dan disidangkan di pengadilan Harare dengan serangkaian dakwaan.

Dia didakwa menggunakan bendera nasional tidak pada tempatnya dan ramalannya terkait kematian Mugabe.

"Dia hadir di persidangan dengan dakwaan yang berbeda. Pekan lalu polisi menangkapnya dengan dakwaan meramalkan kematian Mugabe," uhar Mtisi.

"Awalnya, Mugadza didakwa menentang wewenang presiden, kemudian dakwaan diubah menjadi menghina warga ras tertentu," tambah Mtisi.

Mugadza, yang tinggal di kota Kariba di wilayah utara Zimbabwe, dalam jumpa pers pekan lalu mengatakan, Mugabe akan meninggal dunia pada 17 Oktober mendatang.

Di tempat lain meramalkan kematian seorang pemimpin mungkin dianggap hal biasa, tetapi di Zimbabwe menghina atau meramalkan nasib Mugabe adalah hal terlarang.

Seseorang yang melakukannya bisa berurusan dengan hukum dan dijerat dakwaan melecehkan pemerintah atau menghina presiden.

Pada 2015, Mugadza juga pernah ditahan hampir selama sebulan setelah membentangkan spanduk berisi pernyataan rakyat Zimbabwe menderita di bawah kepemimpinan Mugabe.

Pada peringatan hari kemerdekaan tahun lalu, Mugadza memberikan kotbah sambil mengikat tubuhnya di sebuah tiang listrik di salah satu pusat perbelanjaan di Harare.

Aksi itu, menurut Mugadza, melambangkan kebebasan rakyat Zimbabwe yang dikekang di masa pemerintahan Mugabe.

Robert Mugabe sudah berkuasa sejak negeri itu merdeka dari penjajahan Inggris pada 1980. Kesehatan Mugabe selalu menjadi bahan spekulasi karena dia kerap pergi ke Asia Timur untuk berobat.

Sejauh ini, Mugabe belum menunjuk calon penerusnya di Partai Zanu-PF yang kini mulai dikoyak friksi antar-faksi yang berebut menjadi penerus sang presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com