Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Geser AS, Filipina Bakal Gelar Latihan Militer bersama Rusia

Kompas.com - 04/01/2017, 08:30 WIB

MOSKWA, KOMPAS.com — Rusia ingin melakukan latihan gabungan bersama Filipina untuk membantu memerangi terorisme dan perompakan dengan mengirim dua kapal perang ke Manila.

Pengiriman dua kapal perang itu sebagai kontak pertama antara angkatan laut kedua negara. Sementara itu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menggeser persahabatannya dari Amerika Serikat (AS) ke Rusia.

Menurut Laksamana Muda Eduard Mikhailov, komandan Flotilla Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia, kapal anti-kapal selam Laksamana Tributs dan kapal bahan bakar Boris Butoma telah tiba Selasa (3/1/2016) malam dalam kunjungan persahabatan empat hari.

Awak kedua kapal AL Rusia itu dijadwalkan memeragakan kemampuan anti-terorisme dan melakukan perundingan.

Dalam jumpa pers, Mikhailov mengatakan, Pemerintah Rusia dan Filipina akan membahas kemungkinan latihan gabungan. Ia juga menambahkan, Rusia telah melakukan latihan gabungan dengan Angkatan Laut Indonesia.

Masalah terbesar di dunia sekarang ini, kata Mikhailov, adalah terorisme dan perompakan. Dalam semua latihan gabungan yang dilakukan dengan AL Rusia, kedua pihak akan saling memeragakan apa yang dapat mereka lakukan dalam memerangi terorisme dan perompakan.

Juru bicara AL Filipina mengatakan kepada wartawan bahwa ini adalah interaksi pertama dengan AL Rusia, musuh bebuyutan bekas penjajah yang sekarang menjadi sekutu terdekat Filipina di kawasan, yakni AS.

AS dan Filipina melakukan latihan gabungan tahanan secara rutin. Namun, Duterte telah memerintahkan kepada Kementerian Pertahanan agar mengubah format latihan dengan AL Amerika dan memindahkan lokasinya dari Laut China Selatan dalam upaya memperbaiki hubungan dengan China.

Mikhailov mengatakan, pihaknya bersedia membantu melatih Filipina untuk memerangi perompakan dan terorisme dan berharap menjalin hubungan keamanan yang lebih kuat di kawasan.

Filipina gagal mencegah militan Abu Sayyaf menculik para awak kapal tunda dan warga asing yang berlayar dengan kapal mewah di perbatasan laut selatan dengan Indonesia dan Malaysia.

Abu Sayyaf adalah kelompok militan Islamis kecil tetapi ganas yang terkait dengan Al Qaeda. Namun, militan di Filipina selatan itu juga telah menyatakan sumpah setia (berbaiat) kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Abu Sayyaf menyandera seorang wisatawan Jerman dan 10 ABK Indonesia dan Malaysia. Seorang warga Belanda dan Jepang juga disandera.

Bulan lalu, Presiden Duterte mengirim menteri luar negeri dan pertahanan ke Moskwa untuk menjajaki kemungkinan pembelian senjata setelah seorang senator AS mengatakan akan mengeblok penjualan 25.000 senapan serbu ke Filipina terkait keprihatinan mengenai jumlah korban yang terus meningkat dalam perang melawan narkoba di Filipina.

Lebih dari 6.000 orang telah dibunuh dalam tindakan anti-narkoba sejak Duterte dilantik tanggal 30 Juni 2016.

Sepertiga dari korban tewas dalam operasi dicurigai ada pedagang narkoba dan pengguna narkoba yang melawan ketika hendak ditangkap.

Dua pertiga lainnya termasuk dalam klafisikasi di bawah penyidikan dan banyak di antaranya diduga dibunuh orang yang bukan pihak berwenang, yang disebut vigilante

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com