Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Indikasikan AS Bakal Akhiri Kebijakan "Satu China"

Kompas.com - 12/12/2016, 15:35 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengindikasikan kemungkinan untuk mengakhiri kebijakan 'Satu China' yang telah diberlakukan AS sejak tahun 1979.

Berbicara dalam sesi wawancara dengan Fox News, Trump mengaku tidak punya alasan mengapa kebijakan 'Satu China' harus tetap dilanjutkan tanpa konsesi berarti dari Beijing.

"Saya tidak tahu mengapa kita harus terikat dengan kebijakan ‘Satu China’, kecuali kita membuat perjanjian dengan China yang terkait dengan hal-hal lain, termasuk perdagangan," kata Trump.

Ucapan Trump mengemuka setelah dia menerima panggilan telepon dari pemimpin Taiwan, Tsai Ing-wen, awal pekan lalu.

Pembicaraan Trump dan Tsai sontak memicu kemarahan media pemerintah China dan membuat Beijing menyampaikan protes resmi.

Selama berpuluh tahun, belum ada presiden atau presiden terpilih AS yang pernah berbicara secara langsung dengan pemimpin Taiwan.

Namun, kepada Fox News, Trump menegaskan, Beijing tidak berhak menentukan apakah dia bisa berbicara dengan pemimpin Taiwan atau tidak.

"Saya tidak ingin China mendikte saya dan panggilan telepon itu diserahkan kepada saya. Pembicaraannya sangat bagus. Singkat. Dan mengapa ada negara bisa mengatakan bahwa saya tidak bisa menerima panggilan telepon? Sejujurnya saya pikir sangat tidak hormat tidak menerimanya," kata Trump.

Lebih jauh, Trump menuding China tidak bekerja sama dengan AS soal penanganan mata uang yuan, soal Korea Utara, dan mengenai ketegangan di Laut China Selatan.

Memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan

Kebijakan 'Satu China', yang artinya hanya menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat China, dimulai pada 1979 manakala Presiden AS kala itu, Jimmy Carter, memutus hubungan dengan Taiwan sebelum membuka Kedutaan Besar AS di Beijing.

Michael Bristow, analis BBC mengenai China, mengatakan, kebijakan 'Satu China' adalah fondasi hubungan AS-China mengingat Beijing selalu menganggap Taiwan adalah bagian dari wilayahnya.

"Trump menilai kebijakan Satu China dapat digunakan sebagai alat negosiasi dalam hal-hal lain, seperti perdagangan,” ujarnya.

“Namun, sulit membayangkan situasi itu dapat diterima Beijing," tulis Bristow.

Setelah komentar Trump dilansir, tajuk rencana surat kabar pemerintah China, Global Times, menyoroti Trump secara langsung.

Tajuk rencana itu berjudul, 'Tuan Trump mohon dengarkan baik-baik: kebijakan Satu China tidak bisa diperdagangkan'. Isinya menggambarkan gagasan Trump sebagai "aksi yang sangat kekanak-kanakan" dan dia "perlu belajar tentang diplomasi dengan rendah hati".

Secara terpisah, pemerintah China menyampaikan pentingnya hubungan China-AS dalam respons resmi terhadap usulan Trump.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com