Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama Minta Dugaan Intervensi Rusia dalam Pilpres AS Diselidiki

Kompas.com - 10/12/2016, 11:18 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Presiden AS Barack Obama memerintahkan evaluasi menyeluruh terkait dugaan peretasan dalam proses pemilihan presiden yang baru saja berlalu.

Pernyataan ini disampaikan Gedung Putih, Jumat (9/12/2016), di tengah meningkatnya kekhawatiran akan intervensi Rusia dalam Pilpres AS.

Wakil sekretaris pers Gedung Putih, Eric Schultz, mengatakan, Obama memerintahkan hal tersebut pada awal pekan ini.

"Kami berkomitmen untuk memastikan integritas pemilihan presiden negara ini," kata Schutz.

"Kami akan mencari pola aktivitas siber jahat di masa pilpres, memperkuat kemampuan defensif kami, dan mengambil pelajaran untuk laporan kami kepada kongres dan para stakeholders," kata Schultz.

Presiden Obama, lanjut Schultz, menginginkan laporan lengkap sebelum masa jabatannya berakhir pada 20 Januari mendatang.

"Kami akan membeberkan masalah ini seterbuka mungkin ke publik. Ini adalah prioritas utama Presiden," kata Schultz.

Langkah ini diambil setelah para anggota kongres dari Partai Demokrat menekan Gedung Putih untuk membeberkan rincian dugaan peretasan yang dilakukan Rusia selama proses pemilu.

Langkah ini juga diambil setelah presiden terpilih Donald Trump menolak temuan komunitas intelijen terkait keterlibatan Rusia.

Salah satu dugaan keterlibatan Rusia adalah bocornya surat elektronik dari komite nasional Demokrat dan John Podesta, penasihat Hillary Clinton.

Surat-surat rahasia itu secara berkala diterbitkan Wikileaks beberapa bulan sebelum pilpres yang merusak peluang kemenangan Hillary.

Sebulan sebelum pemilihan presiden, Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Direktur Intelijen Nasional mengumumkan dugaan intervensi Rusia.

"Pemerintah Rusia terkait dengan peretasan surat-surat elektronik dari warga dan institusi AS, termasuk dari organisasi politik AS," demikian pernyataan intelijen AS.

"Peretasan dan pencurian ini dilakukan untuk memengaruhi proses pemilihan presiden AS," masih pernyataan tersebut.

Namun, dalam sebuah wawancara dengan majalah Time, Donald Trump menepis dugaan komunitas intelijen AS.

Dia bahkan menduga badan-badan intelijien sudah digunakan untuk kepentingan politik.

"Bisa saja Rusia, bisa saja China, atau seseorang di kediamannya di New Jersey," kata Trump tentang dugaan keterlibatan Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com