Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2016, 09:13 WIB

WELLINGTON, KOMPAS.com - Kemajuan teknologi memang sangat membantu di banyak hal tetapi bagi Richard Lee (22), seorang warga Selandia Baru keturunan Taiwan, masalah teknologi malah mempersulit dirinya.

Mahasiswa sekaligus seorang DJ ini mendapatkan masalah setelah permohonan paspor barunya melalui situs kementerian dalam negeri, ditolak.

Penolakan permohonan paspor itu tak hanya terjadi sekali tetapi hingga sembilan kali! Ada apa dengan Richard Lee?

Ternyata masalahnya terdapat di foto wajahnya yang dilampirkan saat mengisi aplikasi permohonan paspor baru secara online itu.

Situs aplikasi permohonan paspor itu menganggap Richard memberikan foto yang salah karena tak sesuai syarat yang ditetapkan.

Perangkat lunak yang digunakan menganggap Richard memberikan foto dengan kondisi "mata tertutup". Setelah berulang kali mencoba dan gagal, Richard akhirnya menghubungi kementerian dalam negeri.

Petugas di kemendagri menerangkan, foto Richard ditolak karena komputer menangkap adanya pencahayaan dan bayangan yang tak sesuai di sekitar mata pria kelahiran Taiwan itu.

"Saya tidak marah karena mata saya memang sipit dan teknologi pengenalan wajah masih relatif baru dan belum terlalu canggih," kata Lee kepada kantor berita Reuters.

"Mesin itu adalah robot yang tak memiliki perasaan. Saya akhirnya bisa mendapatkan paspor," tambah Richard.

Meski Richard sendiri menganggap insiden  yang menimpanya itu sebuah hal yang lucu, tetapi para pengguna media sosial mengatakan teknologi yang digunakan untuk mengenali wajah seseorang bernuansa rasialisme.

Beberapa netizen bahkan mengaku pernah mengalami penolakan seperti yang menimpa Richard Lee.

Seorang juru bicara kementerian dalam negeri mengatakan, banyak foto yang ditolak perangkat lunak yang digunakan.

Setidaknya 20 persen foto para pemohon paspor ditolak dan alasan yang paling sering muncul adalah mata pemohon dalam kondisi tertutup.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Telegraph
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com