Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Kembali Turun ke Jalan Tuntut Presiden Park Mundur

Kompas.com - 03/12/2016, 16:14 WIB

SEOUL, KOMPAS.com - Ratusan ribu demonstran berkumpul lagi di Seoul, Korea Selatan, Sabtu (3/12/2016) untuk menuntut pemakzulan Presiden Park Geun-hye.

Aksi besar tersebut merupakan yang keenam kalinya sejak skandal dugaan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang melibatkan sahabat karibnya, Choi Soon-Sil.

Hari sebelumnya, Jumat (2/12/2016), Majelis Nasional Korea Selatan mengumumkan bahwa pemungutan suara untuk memakzulkan Presiden Park Geun-hye telah ditunda sampai 9 Desember.

Demonstrasi kali ini merupakan aksi massa keenam dalam sebulan terakhir. Lima  demonstrasi sebelumnya memberikan tantangan besar dengan tekanan yang kuat atas kepemimpinan Park.

Wanita berusia 64 tahun itu telah dituding terlibat dalam skandal jual beli pengaruh bernilai jutaan dollar yang telah menghancurkan citranya sebagai pemimpin yang kuat dan tidak mempan disuap.

Satu-satunya pertanyaan konret yang masih menggantung saat ini adalah apakah Park akan mengundurkan diri atau bakal dilengserkan.

Pada pertengahan pekan lalu, partai oposisi di parlemen Korsel sepakat akan menggelar voting untuk memakzulkan Park pada Jumat (2/12/2016). Namun, kemudian ditunda hingga 9 Desember.

Sudah jutaan warga Korsel yang turun ke jalan setiap Sabtu dalam enam pekan terakhir. Mereka mendesak Park dilengserkan karena skandal yang memalukan kepemimpinannya.

Tuntutan pemakzulkan Park yang keenam dimulai Sabtu dini hari. Massa membawa tanda tangan 171 anggota dari tiga partai oposisi dan independen di parlemen, yang menuntut pemakzulan itu.

Pemakzulan bisa dilakukan jika dua pertiga suara dari 300 anggota Majelis Nasional telah meneken tuntutan.  Butuh dukungan dua lusin suara dari anggota parlemen partai berkuasa, Partai Saenuri.

Partai oposisi utama, Partai Demokrat Korea dan Partai Rakyat hanya memegang 159 kursi parlemen, setelah mendapat dukungan dari legislator independen, baru mencapai 171 anggota.

Partai berkuasa, Partai Saenuri, berada di pimpinan Park. Tuntutan pamakzulan bisa tidak tercapai jika parlemen dari Saenuri solid, tetapi diduga tetap ada sebagian kecil yang tidak puas dengan Park.

Para pengamat mengatakan, para pembelot dari Saenuri telah menyurutkan niatnya bergabung dengan oposisi sehingga pemungutan suara untuk pemakzulan gagal dilakukan Jumat (2/12/2016).

Diduga, tawaran Park pada Selasa (29/11/2016) untuk mengundurkan diri dengan syarat-syarat tertentu telah menyatukan partainya untuk melawan pemakzulan, setidaknya hinga saat ini.

Dalam pidatonya pada awal bulan ini, Park menyatakan bertanggung jawab penuh atas skandal yang merusak dan melibatkan sahabat karibnya, Choi Soon-sil (60).

Menurut Park, “hatinya hancur” karena skandal politik yang mengguncang dan memalukan pemerintahnya. Ia mengatakan, akan bekerja sama dengan jaksa dalam penyelidikan kasus itu.

Jaksa, kata Park, harus menjelaskan apa yang terjadi dan bahwa setiap orang yang terlibat, termasuk dirinya sendiri,  harus bertanggung jawab jika terbukti bersalah.

"Sulit untuk memaafkan diriku sendiri dan saya tidur pada waktu malam dengan perasaan sedih,” kata putri mantan Presiden Korsel, Park Chung-hee, dengan suara bergetar saat itu.

"Jika gerakan (pemungutan suara untuk pemakzulan, Red) gagal karena kurangnya dukungan dari dari partai berkuasa, mereka harus bertanggung jawab atas semua konsekuensinya," kata pemimpin umum partai oposisi utama, Partai Demokrat, Woo Sang-Ho.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com