Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Siap Balas jika AS Perpanjang Sanksi Terkait Program Nuklir

Kompas.com - 24/11/2016, 08:28 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, Rabu (23/11/2016), memperingatkan, negara Islam itu akan membalas jika Amerika Serikat menerapkan sanksi baru bulan depan.

"Terkait isu kesepakatan nuklir, pemerintahan saat ini telah melakukan beberapa pelanggaran, yang terbaru adalah pembaharuan sanksi 10 tahun," kata Khamenei.

Khamenei menyampaikan hal tersebut dalam pidato televisi kepada ribuan anggota milisi relawan Basij Islam, Rabu, seperti dilaporkan kantor berita Agence France-Presse.

“Pembaharuan sanksi 10 tahun” yang dimaksud Khamenei tidak lain ialah setelah sanksi-sanksi berumur 20 tahun berakhir terhadap Iran, dan AS berencana memperpanjangan untuk 10 tahun lagi.

"Jika sanksi (baru) ini terjadi, itu benar-benar sebuah pelanggaran terhadap JCPOA," tambah Khamenei, mengacu pada kesepakatan tahun lalu dengan kekuatan dunia.

JPOA adalah kepanjangan dari Joint Plan of Action atau Rencana Aksi Bersama Komprehensif antara enam negara kuat (terdiri dari lima negara anggota tetap PBB, yakni AS, Rusia, China, Inggris, dan Perancis ditambah satu anggota tidak tetap, yakni Jerman) dan Iran.

Kesepakatan 2015 itu memutuskan pengurangan sanksi atas Iran yang ditukar dengan pembatasan program nuklir Iran. "Mereka harus tahu bahwa Republik Islam akan bereaksi menentang," katanya.

Menurut Voice of America, ancaman Khamenei itu disampaikan hanya beberapa hari setelah DPR AS memutuskan melalui pemungutan suara untuk memperpanjang selama 10 tahun lagi UU Sanksi-sanksi Iran (ISA), yang habis masa berlakunya pada Desember 2016.

Perpanjangan sanksi juga harus disetujui Senat AS dan ditandatangani Presiden AS, Barack Obama.

Khamenei tidak merinci balasan seperti apa yang akan dilakukan negaranya. Namun, AS  “harus tahu bahwa Iran tidak akan diam saja” kata Khamenei, Rabu, dalam sebuah pidato di televisi.

Menurut Khamenei, terlalu dini untuk menilai pemerintahan Presiden AS terpilih Donald Trump mendatang terkait kesepakatan nuklir Itan. Namun, Trump mengecam perjanjian nuklir itu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com