Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentara Perempuan Yazidi: ISIS seperti Api, Api Harus Dilawan dengan Api

Kompas.com - 21/11/2016, 06:00 WIB

SNUNY, KOMPAS.com – Suatu malam yang tenang, tentara perempuan muda bermain voli ketika matahari terbenam di atas asrama mereka, bangunan yang dulunya sekolah.

Mungkin tidak mudah menemukan orang Yazidi di Sinjar, Irak, itu yang tidak memiliki kisah pedih akibat pengambilalihan oleh penjahat Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) tahun 2014.

Dalam kepedihan itu, perempuan muda bisa dibilang mengalami perlakuan paling buruk. Ribuan diculik dan dijual sebagai budak seks. Ribuan lainnya masih hilang.

Tentara Peshmerga, Najwa Ali Ismail, mengatakan, "Militan menculik anak-anak perempuan dan saudara perempuan kami dan menjual mereka di kota-kota lain.”

“Saya bergabung dengan Peshmerga untuk membela tanah air saya," dia melanjutkan seperti dilaporkan Voice of America, Minggu (20/11/2016).

Sejak ISIS merebut sebagian besar wilayah itu, brigade itu telah berkembang menjadi ratusan, dan ribuan perempuan Yazidi lainnya telah meminta untuk bergabung.

Ketika ISIS datang dan melakukan kejahatan yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa hampir sama dengan genosida, puluhan ribu orang Yazidi melarikan diri ke pegunungan yang mengelilingi kota Sinjar.

Ribuan meninggal karenanya. Lainnya dibantai di Sinjar dan dibuang di kuburan massal yang mereka gali sendiri di bawah paksaan.

Kapten Xatun Ali, tentara Peshmerga lainnya mengatakan, "Setiap senjata yang kami gunakan di garis depan adalah untuk membela anak-anak prempuan dan orang-orang kami.”

Ia melanjutkan, “Sebagai orang Yazidi, kami tidak mau menyerang dan membunuh orang. Tetapi kini teroris meledakkan diri dan membunuh orang. Mereka seperti api. Kami harus melawan api dengan api."

Xatun mengatakan, ia berjuang di garis depan ketika Sinjar dikuasai tentara Peshmerga setahun lalu.

Pasukannya berlatih untuk mempertahankan tidak hanya sesama orang Yazidi tetapi juga Kurdistan, wilayah mereka yang semi otonomi di Irak, dari siapa pun yang akan membahayakan mereka. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com