Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peranti Lunak Kenya Awasi Kecurangan Pilpres AS

Kompas.com - 08/11/2016, 17:13 WIB

NAIROBI, KOMPAS.com — Sebuah perusahaan teknologi informasi (TI) asal Kenya mengembangkan peranti lunak untuk mengawasi kecurangan Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS), 8 November ini.

Adalah hal ironis mengingat yang paling getol menuding kecurangan pemilu adalah Donald Trump, kandidat presiden AS dari kubu Republik.

Kenya tenggelam dalam kisruh politik antara 2007 hingga awal 2008. Penyebabnya, pemilihan umum kepresidenan yang dipenuhi kecurangan dan manipulasi oleh kedua kandidat.

Alhasil, bentrok antara etnis Luo dan Kikuyu yang berkecamuk di seantero Kenya, negeri asal ayah Presiden AS Barack Obama, merenggut sedikitnya 1.000 korban jiwa.

Jumlah pastinya tidak jelas lantaran sebagian besar pembantaian terjadi di kawasan terpencil.

Di tengah gejolak tersebut, seperti dilaporkan Deutche Welle, pakar TI Kenya bergabung untuk mengembangkan Ushahidi, peranti lunak yang kemudian digunakan oleh penduduk buat melaporkan tindak kekerasan pemilu dan lokasinya.

Sejak itu, Ushahidi yang dalam bahasa Kiswahili berarti kesaksian, kini berkembang menjadi perusahaan start-up dengan 30 pegawai yang bekerja untuk 30 negara.

Peranti tersebut kini digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari pemantauan gempa bumi hingga jurnalisme.

Tahun ini, Ushahidi digunakan untuk memantau proses pemilihan umum kepresidenan di AS.

Ushahidi kini meluncurkan situs khusus, di mana pemilih bisa melaporkan kerancuan atau masalah di tempat pemungutan suara.

Mereka, misalnya, bisa menandai TPS yang kehabisan kertas suara atau tidak memberikan akses untuk penyandang cacat.

Ushahidi mengumpulkan laporan tersebut dan memetakan semua informasi secara visual.

DW Amerika Serikat bersiap memilih presiden pengganti Barack Obama pada Selasa (8/11/2016) waktu setempat.
"Harapan saya adalah melihat laporan setelah pemungutan suara yang menyebut 99,9 persen pengaduan yang masuk bersifat positif," kata Nat Manning, Direktur Ushahidi di San Francisco.

Dugaan kecurangan dalam skala besar pada pemilihan umum kepresidenan sejak lama telah diembuskan kandidat Partai Republik Donald Trump.

Namun, celotehannya itu sulit dibuktikan. Sebuah studi 2014 silam, misalnya, menyebut cuma ada 31 kasus kecurangan antara tahun 2000 hingga 2014 yang melibatkan satu miliar TPS.

"Kita tidak bisa cuma berdiam diri ketika ada orang mengajukan keraguan tak adil terhadap apa yang sebenarnya sangat luar biasa. Kita semua harus keluar dan memilih untuk menjamin transisi kekuasaan damai setiap empat hingga delapan tahun sekali," kata Manning.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber DW
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com