Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Polisi Tabrak Pengunjuk Rasa di Depan Kedubes AS di Manila

Kompas.com - 19/10/2016, 17:32 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Sebuah minibus milik kepolisian Filipina, Rabu (19/10/2016), menghantam kerumunan pengunjuk rasa di luar kantor Kedutaan Besar AS di Manila.

Ratusan orang berkumpul di luar kedutaan besar AS untuk mendukung keinginan Presiden Rodrigo Duterte yang ingin mengurangi kedekatan negeri itu dengan AS.

Polisi kemudian menggunakan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan unjuk rasa itu.

Sebanyak 23 orang pengunjuk rasa akhirnya ditangkap setelah berusaha menembus barikade polisi yang menjaga kantor kedubes.

"Kami harus membubarkan mereka. Mereka memulainya dan berusaha memasuki gedung kedutaan besar," kata Inspektur Kepala Arsenio Riparip yang memimpin pengamanan kedubes AS.

"Kami terpaksa menggunakan gas air mata karena mereka sudah berhasil menembus penjagaan petugas kami," tambah Riparip.

Saat itulah, sebuah minibus polisi bergerak mundur ke arah para pengunjuk rasa dan kemudian bergerak maju dengan cepat.

Mobil itu menggilas setidaknya dua pengunjuk rasa dan menabrak beberapa orang lainnya, berdasarkan rekaman stasiun televisi ABS CBN.

Sejumlah foto yang kemudian tersebar memperlihatkan seorang pria berambut kelabu terjebak di bawah minibus itu dengan salah satu kakinya terjepit di bawah roda belakang mobil itu.

Kepala kepolisian Manila Oscar Albayalde membenarkan insiden itu tetapi bersikukuh peristiwa tersebut bukan akibat kesalahan anggotanya.

"Mereka tak benar-benar tergilas. Mereka mencoba menggulingkan mobil patroli. Dalam prosesnya, pengemudi menjalankan mobil itu dan secara tak sengaja menabrak beberapa pengunjuk rasa yang mengalami luka ringan," papar Albayalde.

Namun, salah seorang pemimpin unjuk rasa, Amirah Lidasan, menuding justru polisi yang memicu terjadinya keributan.

"Polisi menyerang pengunjuk rasa. Pertama mereka menabrakkan mobil ke arah massa, kemudian menembakkan gas air mata lalu memukuli kami dengan menggunakan pentungan," ujar Amirah.

Selama ini AS merupakan sekutu Filipina yang paling dekat. Namun, Duterte yang resmi berkuasa sejak akhir Juni lalu ingin mengurangi ketergantungan negeri itu terhadap AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com