Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 10.000 Ekor Katak Mati Secara Misterius di Peru

Kompas.com - 18/10/2016, 22:03 WIB

LIMA, KOMPAS.com - Organisasi lingkungan Peru tengah menyelidiki kematian sekitar 10.000 ekor katak yang bangkai-bangkainya ditemukan di sebuah sungai di bagian selatan negara itu.

Organisasi tersebut mengatakan, polusi di Sungai Costa diduga kuat menjadi penyebab kematian katak-katak itu.

Mereka menambahkan, pemerintah telah mengabaikan permohonan untuk membangun instalasi pengolahan limbah di tempat itu.

Katak air jenis Titicaca ini merupakan spesies langka yang hanya ditemukan di danau air tawar besar yang membelah negara Peru dan Bolivia itu.

Organisasi bernama Komite Melawan Polisi di Sungai Coata mejelaskan kepada kantor berita AFP bahwa pemerintah Peru gagal mengatasi masalah polusi yang serius.

Para aktivis kemudian mengambil sekitar 100 bangkai katak itu dan membawanya ke alun-alun Puno, kota utama kawasan tersebut.

"Saya harus membawa katak-katak mati itu kepada mereka. Pihak berwenang tidak menyadari bagaimana kita hidup," ujar pemimpin protes Maruja Inquilla kepada AFP.

"Mereka tidak tahu betapa besar dampak polusi itu. Situasi ini sangat menjengkelkan," tambah Inquilla.

Badan Kehutanan dan Satwa Liar Nasional Peru (Sefor) mengatakan mereka sedang menyelidiki fenomena tersebut.

"Berdasarkan laporan warga setempat dan sampel-sampel yang diambil pada hari-hari setelah insiden itu, diyakini lebih dari 10.000 katak terpapar polusi hingga ke daerah yang berjarak lebih dari 50 kilometer," demikian pernyataan Sefor.

Katak air Titicaca (Telmatobius culeus) memiliki kulit yang berlipat-lipat untuk meningkatkan luas permukaan kulit agar membantu hewan amfibi ini menyerap lebih banyak oksigen dari udara sekitarnya.

Akibat jenis kulit mereka yang kendur, katak-katak tersebut kadang-kadang disebut katak skrotum Titicaca.

Katak-katak itu terancam punah karena diburu untuk dikonsumsi manusia, karena habitat mereka yang hilang dan kehadiran spesies invasif mengambil alih habitat mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com