Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal tentang Presiden Kolombia, Peraih Nobel Perdamaian

Kompas.com - 08/10/2016, 12:31 WIB

BOGOTA, KOMPAS.com - "Untuk upayanya yang gigih membawa negaranya mengakhiri perang saudara selama lebih dari 50 tahun."

Itulah salah satu pertimbangan mengapa hadiah Nobel Perdamaian jatuh ke tangan Presiden Juan Manuel Santos.

Keputusan ini memang di luar dugaan. Sebab, meski Santos dan pemimpin FARC dianggap sukses mengakhiri perang saudara tetapi rakyat Kolombia justru menentang lewat referendum.

Meski demikian, komite Nobel tetap memberikan penghargaan itu karena Santos dianggap sukses membawa Kolombia semakin dekat dengan akhir konflik.

Sebenarnya siapa Juan Manuel Santos, presiden Kolombia?

1. Mendedikasikan masa jabatannya untuk akhiri perang saudara

Sejak 2012, pemerintah Kolombia berinisiatif melakukan perundingan langsung dengan FARC untuk ketiga kalinya sepanjang sejarah.

Pembicaraan pertama digelar di Oslo, Norwegia lalu dilanjutkan di Havana, Kuba. Kesuksesan ini melonjakkan popularitas Santos hingga 60 persen.

Perundingan berlanjut pada 2013-2014 di saat Santos terpilih kembali dengan hanya memenangkan 50,94 persen suara.

Selama beberapa tahun berikutnya, gencatan senjata dilakukan dan dilanggar. Di antara gencatan-gencatan senjata itu Santos berunding langsung dengan pemimpin FARC.

Pada 23 September 2016, pemerintah mengumumkan telah mencapai kesepakatan akhir dalam waktu enam bulan dan kesepakatan damai diteken pada 26 September lalu dengan menggunakan pulpen yang dibuat dari peluru.

Sayangnya dalam referendum yang diperlukan untuk meratifikasi kesepakatan itu, rakyat Kolombia menentang kesepakatan damai itu dengan selisih hanya 0,5 persen.

Apa yang akan terjadi berikutnya belum dapat dipastikan. Setidaknya FARC sudah mengatakan akan menghormati gencatan senjata yang disepakati hingga akhir bulan ini.

2. Santos menang telak dalam pilpres

Juan Manuel Santis yang berhaluan kanan-tengah memenangkan pemilihan presiden 20 Juni 2010 dengan cukup telak di saat peserta pemilu sangat rendah karena bersamaan dengan musim hujan dan Piala Dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com