Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/09/2016, 10:56 WIB

TEL AVIV, KOMPAS.com — Dokter pribadi Shimon Peres, mantan Presiden Palestina dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, memastikan, Peres wafat karena stroke dengan pendarahan internal.

Peres meninggal dalam kondisi terbaring di tempat tidur, Rabu (28/9/2016) pukul 03.00 waktu di Tel Aviv. Keluarga dekat mengelilinginya saat ia mengembuskan napas terakhirnya.

Peres telah dirawat di rumah sakit di dekat Tel Aviv sejak 13 September. Saat itu, ia mengaku dan merasa tidak sehat.

Dokter pribadi mengatakan, Peres menderita stroke dan mengalami perdarahan internal.

Sebelumnya, ia juga sudah beberapa kali dirawat karena gangguan kesehatan pada usia senja sehingga harus dipasangi alat bantu pernapasan ketika mulai dirawat.

Pada Januari lalu, Peres dua kali dilarikan ke rumah sakit akibat gangguan jantung ringan dan katerisasi pun diperlebar ke pembuluh darah arteri.

Saat dibawa ke rumah sakit untuk kali kedua, hanya beberapa hari setelah keluhan pertama, Peres mengaku mengalami nyeri dada dan denyut jantung tidak teratur.

Ketika meninggalkan rumah sakit pada 19 Januari, Peres mengatakan, ia ingin kembali bekerja.

"Saya sangat senang untuk kembali bekerja," katanya seperti dilaporkan Agence France-Presse (AFP).

Pada Maret 2016, ia bertemu supermodel Inggris, Naomi Campbell, di kantornya, Peres Center for Peace, bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional.

Pada hari yang sama, Peres bertemu dengan Wakil Presiden AS Joe Biden yang mengunjunginya.

Peres digambarkan sebagai tokoh yang bekerja tak kenal lelah meski sudah berusia lanjut.

Hingga masa akhir hidupnya, Peres tetap sibuk dalam berbagai kegiatan publik, sebagian besar melalui lembaga non-pemerintah Peres Center for Peace untuk mengampanyekan hubungan yang lebih erat antara Israel dan Palestina.

Pada 18 September ini, kantor Peres mengatakan, para dokter berencana untuk secara bertahap mengurangi sedasi dan dukungan pernapasan untuk menilai kondisinya.

Namun, kesehatannya mulai menurun drastis sejak Selasa (27/9/2016), dua pekan setelah ia diarawat karena stroke berat. Saat itu, ia dilaporkan sedang "berjuang untuk hidupnya".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com