MANILA, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyerukan penerapan kembali hukuman mati di negeri itu setelah dihapuskan pada 2006.
Duterte berargumen, semakin banyak penganut ateisme dan agnotisisme membuat semakin banyak orang yang tak memiliki rasa takut dan menghormati hukum.
"Semua presiden yang tidak menerapkan hukuman mati hanya karena takut kepada gereja Katolik dan semua orang berkata hanya Tuhan yang berhak membunuh manusia. Namun, bagaimana jika Tuhan tidak ada?" ujar Duterte.
Dia lalu mengambil contoh kekejaman ISIS di Suriah dan Irak yang tak segan membunuh perempuan dan anak-anak yang dianggap melanggar aturan yang mereka terapkan.
"Saat seorang bayi atau balita diambil dari tangan ibunya dan dibunuh, di mana Tuhan? Tuhanku, dimana Engkau?" tanya Duterte.
"Saya percaya kepada Tuhan tetapi itulah pertanyaan saya. Di mana Tuhan saat kami membutuhkanmu?" lanjut dia.
"Tak cukup dengan mengatakan di akhir zaman Tuhan yang akan mengadili orang hidup dan mati. Lalu apa artinya semua penderitaan yang sudah terjadi di dunia ini," tambah Duterte.
Dalam kesempatan yang sama Duterte mengatakan, semakin banyak warga Filipina yang menjadi ateis atau agnostik.
"Tak hanya satu, dua atau tiga orang. Di masa ini banyak orang menanyakan keberadaan Tuhan," kata Duterte.
Duterte resmi menjadi presiden pada akhir Juni 2016 dan sejak itu dikenal kerap mengeluarkan pernyataan kontroversi termasuk menghina Presiden AS Barack Obama dan Sekjen PBB Ban Ki-moon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.