Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thailand Dituding Remehkan Virus Zika

Kompas.com - 27/09/2016, 18:52 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com - Sejumlah pakar kesehatan telah menuduh pemerintah Thailand, negara dengan industri pariwisata sebagai unggulannya, meremehkan resiko Zika.

Pernyataan itu terakit dengan ditemukannya empat kasus mikrosepalus atau kepala kecil yang diduga kuat sebagai akibat dari virus Zika, seperti dilaporkan Reuters, Selasa (27/9/2016)

Para pejabat terkait di Thailand justru menolak tuduhan tersebut. Mereka mengatakan, tindakan sudah banyak dilakukan untuk meredam penyebaran virus Zika.

Bahkan pejabat mengatakan, penyakit lain yang ditimbulkan oleh gigitan nyamuk, seperi demam berdarah, merupakan ancaman yang lebih besar.

Dirjen Pengendalian Penyakit pada Departemen Kesehatan Thailand, Amnuay Gajeena, mengatakan, empat kasus mikrosepalus sedang dalam pengawasan ketat.

Amnuay malah menolak kalau dikatakan empat kasus itu muncul akibat terjangkit virus Zika.

"Itu bukan di Bangkok," kata Amnuay sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.

"Baik para ibu maupun bayinya sedang diuji dan kami telah mengirimkan uji coba itu kepada sejumlah laboratorium".

Tidak ada pengujian khusus untuk menentukan apakah bayi akan lahir dengan mikrosefalus.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan, hasil pemeriksaan ultrasonik dalam tiga bulan terakhir masa kandungan dapat mengidentifikasi permasalahan itu.

WHO mencantumkan Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dalam daftar negara-negara yang memiliki kasus baru akibat terjangkit virus Zika.

Singapura mencatatkan 393 kasus sejak mendiagnosa kasus pertamanya Agustus lalu. Sejak saat itu, Singapura memastikan 16 wanita hamil tertular virus Zika tersebut.

WHO juga telah mengatakan terdapat adanya konsensus ilmiah yang menyebutkan keterkaitan Zika dengan Guillain-Barre, sebuah penyakit syaraf yang jarang ditemui, yang menyebabkan kelumpuhan sementara pada orang dewasa.

Menurut WHO, terdapat dua macam Zika, yakni Zika Afrika yang hanya dilaporkan di Afrika, dimana virus itu pertama kali ditemukan pada 1947, dan satu lagi di Asia.

Belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk Zika, yang hampir serupa dengan demam berdarah, dan penyakit kuning.

Sekitar 80 persen mereka yang terinfeksi virus Zika tidak menunjukkan gejala. Hal itu membuat wanita hamil sulit diketahui apakah mereka terkena virus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com