Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia di Balik Hubungan AS-Israel

Kompas.com - 18/09/2016, 17:10 WIB
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir

Penulis

Setelah berunding cukup alot sekitar 10 bulan, akhirnya Amerika Serikat dan Israel, Rabu (14/9/2016), menandatangani nota kesepahaman paket bantuan militer terbesar dalam sepanjang sejarah hubungan bilateral kedua negara itu.

Paket bantuan tersebut senilai 38 miliar dollar AS atau sekitar Rp 500 triliun untuk jangka waktu 10 tahun.

Dari paket bantuan itu, Israel akan menerima 3,8 miliar dollar AS (sekitar Rp 50,029 triliun) setiap tahun.

Dalam nota kesepahaman itu ditegaskan pula bahwa setengah miliar dari 3,8 miliar dollar AS yang diterima Israel setiap tahun khusus diperuntukkan bagi pengembangan sistem rudal anti rudal yang kini dikembangkan Israel.

Bantuan itu jauh lebih besar dibandingkan dengan bantuan yang diterima Israel selama ini sejak tercapainya kesepakatan damai Israel-Mesir di Camp David tahun 1979, yakni sekitar 3,1 miliar dollar AS per tahun.

Israel sampai saat ini adalah negara yang paling banyak menerima suplai senjata tercanggih AS. Ada anekdot: senjata tercanggih yang dibuat AS hari ini, keesokan hari sudah ada di Israel.

Presiden AS Barack Obama menyebut, paket bantuan militer baru itu untuk menjamin keamanan Israel di tengah ancaman negara-negara tetangganya yang bergejolak.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, paket bantuan militer itu akan membuat Israel terus mampu mempertahankan keunggulan kekuatan militernya dan dapat menangkal ancaman rudal.

Secara politis, paket bantuan militer baru dari AS untuk Israel tersebut menunjukkan bahwa- meski sering terjadi beda pendapat-Israel dan AS tetap bertekad mempertahankan hubungan strategis mereka.

Selama ini AS dan Israel berbeda pendapat soal isu strategis, seperti kesepakatan nuklir antara Iran dan kelompok negara 5+1 (AS, Inggris, Tiongkok, Perancis, Rusia plus Jerman) pada Juli 2015.

AS dan Israel juga berbeda pendapat soal sikap Tel Aviv yang terus menghindar dari proses perdamaian dengan Palestina.

Siapa pun tidak membantah terjalinnya hubungan strategis AS-Israel. Hubungan keduanya tak tergoyahkan oleh empasan angin apa pun.

Suatu ketika pada 1960-an, PM Uni Soviet Alexei Kosygin sampai bertanya kepada Presiden AS Lyndon B Johnson, mengapa AS begitu membela Israel yang hanya berpenduduk 3 juta jiwa, tetapi menyerang sejumlah negara Arab yang mempunyai penduduk 80 juta jiwa?

Presiden Johnson saat itu menjawab: karena Israel dalam posisi benar.

Faktor penyebab

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com