Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duterte Diklaim Bunuh Pejabat Kementerian Kehakiman Pakai Senjata Uzi

Kompas.com - 16/09/2016, 06:40 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Kesaksian seorang bekas pembunuh bayaran mengungkap sisis-sisi gelap Presiden Rodrigo Duterte selama ia menjabat walikota Davao, Filipina selatan.

Duterte bahkan diklaim pernah membunuh pejabat Kementerian Kehakiman, Jamisola,  dengan senjata Uzi, sebagimana dilaporkan Deuteche Welle, Kamis (15/9/2016).

Menurut catatan Kompas.com, beberapa varian dari senjata Uzi adalah pistol mitraliur Uzi dengan laras sepanjang 254 mm.

Rata-rata tembakan senjata Uzi mencapai 600 peluru per menit menggunakan peluru 9 x 19 mm Parabellum dan 500 peluru per menggunakan peluru 45ACP.

Duterte diklaim memerintahkan pembunuhan terhadap pegawai departemen kehakiman dan musuh politiknya selama menjabat walikota Davao.

Tudingan tersebut dilayangkan oleh bekas pembunuh bayaran yang dipekerjakan Duterte, Edgar Matobato.

Dalam rapat dengar pendapat di Senat, Kamis (15/9/2016),  yang disiarkan televisi nasional, Matobato mengklaim dirinya bersama sekelompok aparat polisi dan bekas gerilyawan komunis terlibat pembunuhan 1.000 orang.

Pembunuhan itu dilakukan  selama 25 tahun atas perintah Duterte, salah seorang korban bahkan dijadikan santapan hidup buaya, sebagaimana dilaporkan Kompas.com,  sebelumnya.

"Tugas kami adalah membunuh kaum kriminal seperti pengedar narkoba, pemerkosa, dan penculik," ujarnya sembari menambahkan sebagian korban merupakan musuh politik Duterte dan putranya.

Matobato berkisah, tahun 1993 dia dan jagal lainnya sedang mengemban misi ketika dicegat di jalan oleh Biro Investigasi di Kementerian Kehakiman.

Konfrontasi lalu berubah menjadi adu mulut. Duterte yang ketika itu masih menjabat walikota Davao pun dipanggil datang.

"Dia yang membunuh. Jamisola (pejabat Kementerian Kehakiman) masih hidup ketika Duterte tiba. Dia menghabiskan dua magazen peluru senjata Uzi padanya," tutur Matobato.

Pria berusia 57 tahun itu sendiri mengaku bertanggungjawab atas 50 pembunuhan. "Kami membuka baju korban, membakar dan mencicang tubuhnya."

"Mereka dibunuh seperti ayam," kata Matobato yang mengaku berhenti bekerja sebagai pembunuh bayaran karena merasa bersalah.

Rapat dengar pendapat tersebut digulirkan oleh Komisi Hak Azasi Manusia di Senat untuk menyelidiki tudingan pembunuhan ekstra yudisial dalam perang narkoba.

Hingga kini polisi dan pembunuh bayaran telah menewaskan lebih dari 3.000 orang selama 73 hari kekuasaan Duterte.

Sementara juru bicara kepresidenan mengatakan tudingan tersebut telah diselidiki, tanpa adanya dakwaan hukum terhadap Duterte. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com