Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Filipina Tolak Bertemu Sekjen PBB Ban Ki-moon

Kompas.com - 02/09/2016, 08:43 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com – Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang pernah mencerca Perserikatan Bangsa-Bangsa karena mengeritik pemerintahannya, telah menolak permintaan untuk bertemu Sekjen PBB Ban Ki-moon.

Kantor berita Agence France-Presse, Jumat (2/9/2016), mengungkapkan hal itu setelah mendapat penjelasan dari pejabat terkait di PBB pada Kamis (1/9/2016) di New York, AS.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan, "kontak telepon telah dibuat untuk mencoba mengatur waktu” pertemuan di selap-sela pertemuan forum ASEAN di Viantiane, Laos, minggu depan.

Namun, kata Dujarric, tidak ada waktu yang disepakat terkait dengan rencana itu.

Juru bicara Kemenlu Filipina di Manila, Charles Jose, mengatakan, 11 kepala negara telah mengajukan permohonan untuk bertemu dengan Duterte di sela-sela pertemuan ASEAN, namun hanya sembilan yang diterima.

"Harap mengerti bahwa ia (Presiden Duterte) tidak bisa menerima semua dan seorang pun jangan berpikir negatif tentang apapun jika mereka tidak bisa diterima,” kata Jose.

Juru bicara Duterte, Ernesto Abella, mengatakan, pertemuan ASEAN, 6-8 September ini di Vientiane ini ‘luar biasa padat’. Sejumlah pertemuan mungkin tidak akan berjalan sesuai rencana.

Duterte sejak berkuasa pada akhir Juni lalu telah melakukan serangkaian operasi untuk memberantas peredaran narkoba.

Hampir 2.000 orang tewas dibunuh, baik dalam operasi polisi maupun di luar operasi resmi aparat keamanan.

Sejumlah negara, kelompok pegiatan HAM, dan PBB telah mengeritik tindakan Duterte itu.  Bahkan Duterte sempat melontarkan pernyataan untuk keluar dari lembaga PBB itu.

Belakangan melalui juru bicaranya, Duterte mengatakan, bahwa ancaman ‘keluar dari  PBB’.

"Mungkin sudah saatnya kita harus memutuskan untuk keluar dari PBB," kata Duterte dalam konferensi pers Juli lalu.

Namun, Duterte kemudian mengatakan ancaman itu hanya guyon belaka.

Sejak dilantik pada 30 Juni 2016, aparat keamanan atas printah Duterte telah membunuh hampir 2.000 orang .  Para korban tewas karena terkait perang melawan kejahatan narkoba.

Duterte menegaskan sebagian besar, yakni sekitar 756 orang,  dikonfirmasi tewas dalam serangkaian operasi oleh polisi.

Sedangkan sebagian besar lainnya dilaporkan tewas karena perang antargeng kejahatan itu.

Namun, kelompok HAM, beberapa anggota parlemen, dan pengeritik mengatakan, pasukan keamanan terlibat dalam pembunuhan di luar hukum. Hal itu  belum pernah terjadi sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com