PARAMARIBO, KOMPAS.com - Alunan gending Kebogiro terdengar menyambut kedatangan Ibu Negara Suriname Ingrid Bouterse yang menghadiri acara "Indonesian Day" pada 31 Juli 2016.
Acara ini digelar untuk memperingati kedatangan warga keturunan Indonesia pada tanggal 9 Agustus 1886 dan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Selain gending Kebogiro, tim karawitan KBRI Paramaribo memainkan pula gending
Lancaran Ricik-ricik, Manyar Sewu, Lancaran Srepek Nyuro dan Goyang Semarang.
Gending-gending berlaras cepat ini memang sengaja dipilih untuk memeriahkan suasana bazaar di KBRI Paramaribo.
Selain itu, gamelan Jawa ini juga dimaksudkan untuk menarik minat bermain gamelan bagi masyarakat keturunan Indonesia atau Wong Jowo Suriname.
Kebanyakan orang Jawa di Suriname mengakui gamelan sudah jarang dimainkan
secara lengkap.
Di samping karena lebih terbatas untuk acara keluarga seperti ulang tahun dan perkawinan, langkanya gamelan asli dari Indonesia juga menyadi penyebab lain.
Nampaknya grup karawitan yang masih memiliki perangkat gamelan asli dari Indonesia, meski tidak lengkap, hanya VHJI dan Indramayu.
Selain itu, tidak banyak lagi wong Jowo Suriname yang benar-benar pakar dalam memainkan gamelan.
Beruntung, tim karawitan KBRI dapat berlatih bersama dengan Pak Mardikun yang sempat menuntut ilmu di sekolah pedalangan dan karawitan Habirondo, Yogyakarta pada 1970-an.
Pak Mardikun bahkan pernah memainkan kendang dalam kesempatan pagelaran wayang kulit dalang kondang Ki Anom Suroto.
Acara Indonesian Day ini digelar selain untuk ajang promosi budaya, juga untuk memperkenalkan kuliner dan produk ekspor Indonesia.
Tahun ini Warung Indonesia memperkenalkan berbagai makanan khas Indonesia seperti
arem-arem, centil manis, disamping sop buntut dan es teler.
Sedangkan di Business Center dipamerkan tas kulit, tas batik, asesoris, obat herbal, obat farmasi, pakaian batik, pakaian lurik, pakaian militer, sepatu dan bola kaki, bahan dan bumbu makanan, serta makanan siap saji.