Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ibu yang Putranya Tewas Ditembak di Orlando Pidato untuk Hillary...

Kompas.com - 28/07/2016, 14:03 WIB

PHILADELPHIA, KOMPAS.com — Seorang ibu yang anaknya tewas dalam penembakan massal di sebuah kafe di Orlando, Florida, Amerika Serikat, bulan lalu, mendapat kesempatan berbicara dalam Konvensi Partai Demokrat, di Philadelphia, Rabu (27/7/2016) malam atau Kamis WIB.

Perempuan bernama Christine Leinonen itu adalah salah satu dari sejumlah orang yang berpidato untuk menyampaikan kisah tentang kekerasan bersenjata di AS.

Persoalan kepemilikan senjata api dan kekerasan yang mengikutinya menjadi isu yang mengundang perhatian besar dalam proses kampanye pemilihan presiden AS.

Hal itu terjadi menyusul serangkaian serangan dan kekerasan yang merenggut korban jiwa di negeri itu.

Dalam pidato selama empat menit, Leinonen membuat banyak anggota delegasi menitikkan air mata. Dia lantas mendapat dukungan dan sambutan luar biasa dalam acara itu.

"Membutuhkan waktu sekitar lima menit bagi gereja untuk membunyikan lonceng sebanyak 49 kali," ungkap Leinoneen di atas panggung bersama dua korban selamat dalam peristiwa di Orlando itu.

"Saya tahu ini karena, bulan lalu, anak saya, Christopher, dan pasangannya, Juan, bersama 47 orang lainnya dibunuh di Orlando," kata dia. 

Angka 49 merujuk pada jumlah korban tewas akibat serangan yang dilakukan oleh seorang warga AS bernama Omar Mateen.

Baca: Kisah Christopher yang Dimakamkan bersama Kekasihnya...

"Christopher adalah anakku satu-satunya," sebut dia lagi, seperti dikutip AFP.

AS kini memang sedang terhuyung dengan serangkaian kasus penembakan yang merenggut banyak korban jiwa. 

Setelah di Orlando, masih ada penembakan di Dallas, Texas. Lima anggota kepolisian tewas terkena peluru dari dua penembak jitu.

Sementara itu, ada juga tiga polisi lainnya yang ditembak di Baton Rouge, Louisiana.

Calon presiden AS, Hillary Clinton, pun menawarkan upaya untuk memperketat penggunaan senjata api di kalangan warga sipil, termasuk menawarkan pemeriksaan terhadap latar belakang pembeli senjata yang telah ada.

"Saya pun bahagia karena ada akal sehat dalam kebijakan tentang senjata api ketika Christopher lahir. Namun, ke mana kebijakan itu ketika dia tewas tertembak?" seru dia. 

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com