Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa: Turki Jangan Lemahkan Kebebasan dan HAM

Kompas.com - 22/07/2016, 16:21 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, Kamis (22/7/2016), mengatakan, Turki seharusnya tidak menggunakan lembaga demokrasi untuk melemahkan HAM  pascakudeta gagal.

"Kami dengan jelas menyampaikan kepada sahabat kami Turki bahwa kami sepenuh mendukung lembaga-lembaga demokratis, lembaga yang sah," kata Mogherini setelah pernyataan di Carnegie Endowment for International Peace.

"Namun, tidak ada alasan, tidak ada cara untuk reaksi terhadap kudeta dapat melemahkan kebebasan dan hak asasi manusia,” kata Mogherini.

Sehari sebelumnya,  Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan keadaan darurat tiga bulan setelah kudeta gagal pada 15 Juli.

Keadaan darurat tiga bulan itu untuk menuntaskan proses perburuan tersangka komplotan upaya kudeta dan membersihkan semua organisasi teroris. Jika situasi kembali aman, diperpendek 45 hari.

"Mengumumkan keadaan darurat bertujuan melakukan tindakan untuk menghilangkan resiko yang ditimbulkan terhadap kebebasan dan hak rakyat, demokrasi, ketentuan hukum di negara kita, dengan cara yang paling efisien dan cepat," kata Erdogan.

Selama status darurat itu, Pemerintah Turki berjanji tak akan melanggar hak asasi manusia dan kebebasan setiap individu warga negara.

Presiden Turki tersebut menyeru rakyat agar tidak khawatir. Ia mengatakan pemerintah telah melakukan tindakan yang perlu, termasuk langkah ekonomi.

Keadaan darurat akan berlaku setelah disetujui di Parlemen. Menurut Ankara, percobaan kudeta telah menyebabkan sedikitnya 290 orang,  termasuk lebih dari 100 perencana kudeta, tewas.

Erdogan juga mengatakan, negara lain mungkin terlibat dalam upaya kudeta 15 Juli.

Fethullah Gulen, seorang tokoh agama yang bermukim di AS, dan pengikutnya berada di balik upaya kudeta itu, kata Erdogan.

Presiden Turki tersebut mengatakan ia diberitahu mengenai upaya kudeta itu pertama oleh saudara iparnya dan reaksi pertamanya ialah tidak percaya.

Ia mengakui ada kelemahan intelijen dalam peristiwa tersebut. "Kalau saja ada laporan intelijen yang tepat, semua itu bisa mencegah upaya kudeta tersebut," kata Erdogan.

Erdogan mengatakan pemerintah telah mengirim permintaan kepada Pemerintah AS bagi ekstradisi Fethullah Gulen.

"Saya harap mereka akan melakukan tindakan sesegera mungkin," katanya menambahkan.

Presiden Turki tersebut juga mengatakan mungkin ada hubungan antara gerakan Gulen dan pilot yang menembak jatuh jet Rusia pada November lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com