Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu

Kompas.com - 22/07/2016, 10:02 WIB
Caroline Damanik

Penulis

Pengantar redaksi: Wartawan Kompas.com, Caroline Damanik, telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Beberapa tulisan bertemakan Ramadhan telah dipublikasikan di media ini.

Di luar itu, masih ada puluhan artikel menarik lainnya yang telah disiapkan. Ini adalah tulisan pertama yang diturunkan di luar tulisan Ramadhan. Simak setiap hari selama sebulan ke depan tulisan terkait jelajah Australia di Kompas.com atau ikutii Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016"  dari komputer atau gawai Anda. (*)

KOMPAS.com — Arnhem Land menyimpan segudang cerita mesra dari masa lalu antara Suku Yolngu, penduduk Aborigin yang berdiam di timur laut Australia, dan para pelaut asal Makassar.

Memori tentang hubungan dagang dan interaksi budaya diceritakan turun-temurun secara lisan hingga kemudian dicatat sebagai sejarah yang kerap dibahas di berbagai forum akademik.

Kisahnya lalu menyisakan rindu yang terus meraung di sanubari keturunan penduduk asli Australia ini.

Embusan angin, debur ombak di sepanjang pantai di Arnhem Land, dan binar mata anak cucu Suku Yolngu setia menyanyikan nostalgia tentang para pria pemberani dari Nusantara yang suka berdagang.

***

Bagi Suku Yolngu yang tinggal di Arnhem Land, orang Indonesia bukanlah kawan baru.

Jauh sebelum Australia terbentuk, bahkan sebelum Matthew Flinders tiba di daratan Negeri Kanguru itu, para pelaut dari Nusantara sudah tiba di Arnhem Land dengan kapal pinisi.

Sejarah mencatat, para pelaut asal Makassar itu bertemu dan memulai kontak dengan Suku Yolngu menjelang akhir abad ke-17. Masyarakat Yolngu menyebut para pelaut dari Makassar ini sebagai "mangathara", sedangkan pelaut dari Makassar menyebut Arnhem Land sebagai "marege".

Mereka menaklukkan laut Arafuru selama 2-3 minggu demi mencari teripang di tanah Aborigin. Ada 40-50 pinisi sekali datang. Masing-masing berisi sekitar 20 awak.

Teripang atau trepang menjadi komoditas berharga bagi para pelaut dari Makassar untuk dijual ke pedagang China. Sementara itu, pesisir pantai utara Australia merupakan salah satu tempat terbaik penghasil teripang.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Richard Ian Trudgen, pendiri dan pimpinan Aboriginal Resource Development Services (ARDS), memberdayakan suku Yolngu, penduduk Aborigin di Arnhem Land, Northern Territory, Australia, melalui siaran radio yang diudarakan secara swadaya dari rumahnya di Nhulunbuy, Semenanjung Gove. Richard juga menulis buku tentang penduduk asli Australia ini yang diberi judul "Why Warriors Lie Down and Die".
“Perdagangan yang dilakukan orang-orang Makassar adalah teripang. Kawasan pesisir pantai masyarakat Yolngu merupakan perairan dangkal tempat teripang bisa berkembang biak dalam jumlah besar,” kata Richard Ian Trudgen, pendiri dan pimpinan Aboriginal Resource Development Services (ARDS), tentang lingkungan tempat tinggal Suku Yolngu.

Para pelaut Makassar pun semakin rutin datang. Barra atau angin yang berembus dari arah barat laut menjadi penanda bahwa pinisi atau perahu tradisional milik para pelaut Makassar segera kembali datang ke Arnhem Land.

Ketika barra berembus, Suku Yolngu sudah yakin bahwa para pedagang dari Makassar di Sulawesi Selatan akan segera datang,” ungkap Richard.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com