Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagi Pejabat China, Trump Lebih Baik dan Hillary Tak Disukai

Kompas.com - 12/07/2016, 12:42 WIB

BEIJING, KOMPAS.com – Pada tahun 2010, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton menyebabkan Beijing marah besar ketika ia mendorong kasus Laut Cina Selatan ke pertemuan puncak keamanan regional dan AS.

Ketika Mahkamah Arbitrase Internasional bersiap untuk mengambil keputusan atas sengketa Laut China Selatan, Beijing mengikuti dengan waspada pertarungan Hillary dengan Donald Trumo merebut kursi Presiden AS.

Dikombinasikan dengan sikap kerasnya atas masalah hak asasi manusia (HAM) dan peran dalam memimpin rebalancing Asia-nya Presiden Barack Obama, Hillary adalah tokoh yang dikena luas di China namun tak disukai Beijing.

Sementara Trump yang sering melontarkan komentar pedas soal defisit perdagangan antara negaranya dengan China, dan relatif belum dikenal di negara itu, justru Beijing menilainya lebih baik.

“Hillary Clinton akan menjadi lawan yang sulit," kata seorang sumber diplomatik China kepada Reuters dan mengakui tidak tahu banyak hal terkait pendirian politik luar negeri Trump.

Para diplot China mengenal baik sikap Hillary karena bertahun-tahun telah menjalin komunikasi ketika Hillary menjadi Ibu Negara dan kemudian Menlu AS.

Beijing mengenal baik Hillary sebagai pengkritik Beijing dalam berbagai hal, mulai dari sengketa Laut China Selatan, perdagangan, hingga masalah HAM.

China juga masih mengingat pertemuan puncak keamanan Asia Tenggara di Hanoi, Vietnam pada tahun 2010.

Ketika itu, Hillary secara terbuka mengatakan bahwa dalam persoalan sengketa Laut China Selatan, solusi akses terbuka dan hukum adalah "kepentingan nasional" AS.

China kemudian merespon dengan memperingatkan agar negara-negara yang terlibat sengketa tidak besar kepala karena mendapat dukungan dari Washington.

"Hillary adalah tokoh yang sangat keras jika menyangkut China," kata seorang pejabat Beijing yang dekat dengan elite militer.

Meski pemerintah China masih diam soal Pemilu AS, media lokal di sana tidak demikian. Salah satu surat kabar bahkan menyamakan Trump dengan Hitler.

Pada Mei lalu, Kantor Berita Xinhua menyebut Trump adalah tokoh yang lebih isolasionis dibandingkan dengan Hillary.

Hillary  dinilai Beijing sebagai "tokoh politik luar negeri lama" dan pendukung poros Asia- Pasifik yang mengancam China.

"Menjadi tokoh yang keras dalam politik luar negeri adalah caranya untuk menunjukkan 'kepemimpinan' AS," demikian Xinhua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com