Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merkel: Tidak Ada Negosiasi Informal Terkait Brexit

Kompas.com - 28/06/2016, 10:38 WIB

BERLIN, KOMPAS.com – Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, Jerman, Perancis dan Italia setuju tidak ada negosiasi informal terkait Brexit sebelum London mengajukan aplikasi resmi untuk keluar dari blok Uni Eropa.

"Kami semua sepakat bahwa Pasal 50  harus diaktifkan. Sebelum keputusan ini diambil tidak ada langkah-langkah lebih lanjut dapat dilakukan," kata Merkel dalam jumpa persen di  Berlin, Senin (27/6/2016). 

Merkel mengacu pada Pasal 50 Traktat Lisabon, sebuah klausul dalam perjanjian yang mengatur proses untuk sebuah negara keluar dari Blok Uni Eropa.

Blok ini hingga saat ini beranggotakan 28 negara, termasuk Inggris. Meski hasil referendum UE di Inggris menunjukkan negara itu keluar dari blok atau Britain Exit (Brexit), keanggotaannya belum resmi dihapus dari blok.

Pencabutan Inggris dari blok UE menunggu aplikasi resmi dengan merujuk hasil referendum.

Proses negosiasi pun dipastikan akan makan waktu, meski Ketua Ketua Komisi Eropa, Jean-Claude Juncke telah mendesak Inggris agar segera mempercepat proses keluar dari blok.

Berbicara pada sebuah konnferensi pers bersama Presiden Perancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi di Berlin, Merkel mengaskan tidak ada negosiasi informasi dengan Inggris terkait Brexit.

Hasil referendum UE di Inggris sudah jelas bahwa lebih dari 17,4 juta suara atau 51,9 persen menghendaki negara itu keluar dari blok UE.

Berdasarkan hasil itu, Inggris menarik diri dari keanggotaan setelah 43 tahun bergabung.

Lebih dari 16.1  juta lainnya atau 48,1 persen memilih tetap menjadi bagian dari UE.

Inggris menjadi negara pertama yang keluar dalam sejarah 60 tahun keberadaan kelompok Eropa itu.

Inggris, yang mulai bergabung dengan Komunitas Ekonomi Eropa pada 1973, selalu mempunyai hubungan ambivalen dengan blok tersebut.

Meski mendukung perdagangan bebas dan ekspansi keanggotaan ke Eropa timur, mereka menolak menggunakan mata uang euro maupun bergabung dalam zona bebas Schengen.

Hasil referendum menunjukkan perpecahan yang mendalam di masyarakat Inggris.

Pendukung Brexit merupakan jutaan warga yang merasa ketinggalan dalam globalisasi dan tidak mendapat keuntungan dari ekonomi pasar bebas.

Seorang anggota parlemen Inggris yang pro-UE bahkan tewas akibat ditembak oleh pelaku yang meneriakkan "Mati bagi para pengkhianat, kebebasan untuk Inggris" dalam pengadilan.

Pada akhirnya, kekhawatiran akan migrasi yang tidak terkontrol dan kedaulatan menang melawan peringatan akan dampak buruk terhadap ekonomi jika Inggris keluar dari Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com