Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Masjid Terbesar di Ibu Kota Australia yang Dibangun Indonesia

Kompas.com - 20/06/2016, 11:38 WIB
Caroline Damanik

Penulis

CANBERRA, KOMPAS.com – Di ujung jalan tak jauh dari kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Australia, sebuah bangunan beratap kerucut berwarna putih berdiri megah. Halaman berumput hijau terhampar luas. Selamat datang di masjid terbesar di Canberra, ibu kota Australia.

Jumat siang itu, sekitar sepekan sebelum Ramadhan tiba, kompleks Canberra Mosque di 130 Empire Circuit, Canberra, Australian Capital Territory (ACT), dipenuhi ratusan pria. Di antara para jemaah, Duta besar Republik Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema dan Duta Besar Malaysia untuk Australia Zainal Abidin Ahmad juga bersiap untuk beribadah shalat Jumat.

Sebagai ibu kota negara, Canberra memang menjadi tempat para diplomat dan pegawai pemerintahan tinggal dan bekerja.

Hanya terdengar di sekitar masjid, azan berkumandang tanda panggilan beribadah. Para jemaah yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama dan status ekonomi lalu bersama-sama sujud menyembah Tuhan Yang Maha Esa di Canberra Mosque.

Pembangunan Canberra Mosque tak lepas dari peran Indonesia. Pada akhir 1950-an, Dubes RI untuk Australia kala itu, AY Helmi, memiliki ide untuk membangun masjid di Canberra. Dia lalu merangkul duta besar dari Malaya (kini Malaysia) dan Pakistan untuk mewujudkan gagasan tersebut.

"A Brief History of Canberra Mosque" yang diterbitkan Islamic Society of ACT (ISACT) menyebutkan bahwa AY Helmi lalu berdiskusi dengan Sir Gordon Freeth, Australian Federal Minister for the Interior and Minister for Works. Lalu, lahan disediakan oleh pemerintah Australia dan desainnya dibuat di Melbourne.

Lalu, pada tanggal 26 Januari 1960, AY Helmi meletakkan batu pertama tanda pembangunan masjid dimulai. Pembangunan masjid ini menghabiskan biaya sekitar 18.000 poundsterling yang dikumpulkan oleh Dubes Indonesia, Malaysia dan Pakistan.

“Masjid ini bagian dari sejarah kita,” kata Nadjib setelah menunaikan ibadah shalat Jumat.

Jadi teladan

Nadjib mengatakan, masjid ini menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia memiliki peran dalam perkembangan Islam di Australia hingga saat ini.

Indonesia juga menjadi panutan karena dianggap sebagai negara yang bisa menunjukkan wajah Islam yang damai untuk menyatakan komunitas Muslim dari berbagai latar belakang negara dan budaya.

“Kita (Indonesia) dilihat sebagai pattern,” ujarnya.

Menurut Nadjib, hasilnya menggembirakan. Interaksi antar-kelompok Muslim di Australia sangat baik. Kini, lanjutnya, Indonesia pun dipercaya oleh para dubes negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Canberra lainnya untuk memimpin upaya mempromosikan citra Islam di Australia dan menjalin kerja sama dengan berbagai kalangan.

“Kenapa mereka memilih saya karena niatnya seperti itu, untuk menunjukkan bahwa Indonesia adalah pusat tinggalnya umat Islam yang memang moderat dan selalu berusaha membawa kedamaian dan itu diterima dengan sangat baik," kata dia.

"Setiap kali saya berbincang dengan duta-duta besar dan pimpinan masjid di sini maupun Islamic Center di Gungahlin, mereka selalu memberikan apresiasi terhadap apa yang kita (Indonesia) lakukan. Saya dibantu oleh kawan-kawan KBRI berupaya agar bisa menunjukkan wajah Islam yang damai, yang toleran dan demokratis,” tuturnya.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Canberra Mosque di 130 Empire Circuit, Canberra, Australian Capital Territory (ACT), Australia, menjelang shalat Jumat, akhir Mei 2016.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com