Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Jiwa Bukan Faktor Dominan dalam Kasus-kasus Penembakan di AS

Kompas.com - 13/06/2016, 17:26 WIB

KOMPAS.com - Peristiwa penembakan yang menewaskan 50 orang dan melukai 53 lainnya di kelab malam Pulse, di Orlando, Amerika Serikat, kembali memunculkan dugaan tentang kondisi kesehatan jiwa si pelaku.

Sebelum peristiwa ini, telah banyak pihak di Amerika Serikat mengaitkan penyakit jiwa dengan kematian akibat penembakan massal macam itu.

Bahkan, Presiden Barack Obama mengusulkan dana 500 juta dollar AS, atau kira-kira Rp 4,9 triliun untuk memperluas perawatan kesehatan mental.

Hal ini dipandang penting dalam upaya mengekang penembakan massal dan kekerasan bersenjata.

"Kami melihat secara konsisten bahwa sebab yang mendasar dari serangan-serangan ini adalah penyakit jiwa," ujar Ketua DPR Paul Ryan.

"Dan kita harus mencari cara menanggulangi masalah ini," sambung dia.

Padahal ternyata, hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, tidak memiliki kemungkinan lebih besar untuk membawa senjata dan membunuh orang lain dibandingkan dengan orang biasa.

Gangguan kesehatan jiwa tersebut juga termasuk skizofrenia, kelainan bipolar, dan depresi akut,

Beth McGinty, baru saja menyelesaikan sebuah penelitan yang menunjukkan bahwa sebagian besar orang dengan penyakit jiwa di AS tidak kasar kepada orang lain.

Dia adalah asisten profesor di Johns Hopkins University School of Public Health.

Selain itu, kata dia, ditemukan fakta bahwa penyakit jiwa bukanlah faktor dalam kebanyakan kekerasan bersenjata di AS.

"Bahkan jika kita memiliki sistem kesehatan mental yang sempurna yang merawat setiap orang dengan baik dan memberi mereka perawatan yang efektif, kita mungkin hanya akan mencegah antara tiga atau lima persen kekerasan bersenjata," kata dia.

"Sementara, 95 sampai 97 persen kekerasan bersenjata tetap tidak tersentuh," ujar McGinty lagi.

"Kami juga memiliki penelitian yang menunjukkan bahwa liputan media mengenai penyakit jiwa betul-betul fokus pada aksi kekerasan yang langka, seringkali aksi high profile seperti penembakan massal yang dilakukan oleh orang dengan penyakit jiwa serius," tambahnya.

Ia mengatakan, situasinya sudah sampai pada titik di mana pada setiap peristiwa yang melibatkan senjata, hal pertama yang dipikirkan mengenai penembak, baik oleh pihak berwenang maupun wartawan, adalah apakah ada bukti penembaknya memiliki penyakit jiwa.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com