Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/05/2016, 05:00 WIB

KOMPAS.com - Kelompok pemberontak Taliban memilih seorang hakim syariah sebagai pemimpin baru mereka, Haibatullah Akhundzada.

Haibatullah Akhundzada diyakini mampu mengemban misi perdamaian. Namu, lelaki itu diprediksi akan kesulitan menyatukan semua faksi Taliban yang terpecah.

Taliban banyak bungkam ihwal kematian pemimpinnya, Mullah Akhtar Mansour, yang tewas dalam serangan udara Amerika Serikat, Sabtu (21/5/2016).

Baca: Taliban Pastikan Mullah Mansour Tewas dalam Serangan Drone AS

Namun kemarin, Taliban telah mengumumkan nama Haibatullah Akhundzada, tersebut.

Baca: Bom Bunuh Diri Tandai Mullah Haibatullah Jadi Pemimpin Baru Taliban

Haibatullah adalah bekas hakim pengadilan syariah yang banyak menjatuhkan hukuman berat selama kekuasaan Taliban di Afghanistan.

Ia adalah salah satu wakil Mansour. Namun, berbeda dengan pimpinan Taliban lainnya, Haibatullah, tidak pernah mengecap pengalaman bertempur.

Seumur hidupnya, Haibatullah mempelajari agama. Ia konon sering menelurkan fatwa garis keras yang mengatur tata cara kehidupan penduduk Afghanistan, agar sesuai dengan ajaran Salafi yang dianut Taliban.

Menurut Rahimullah Yousufzai, seorang jurnalis Pakistan, Haibatullah berada di Pakistan pada saat pendudukan Uni Soviet 1979-1989.

Sebaliknya Mansour atau pendiri Taliban, Mullah Omar, mendulang reputasi sebagai mujahidin nomer wahid dalam perang melawan aliansi komunis.

Tidak jelas apakah Haibatullah akan mengikuti jejak Mansour menghindari tawaran negosiasi damai dengan Pemerintah Afghanistan.

Banyak analis meyakini ia akan lebih bergantung pada Dewan Syura Taliban, dibandingkan  Mansour.

Dia pun diprediksi membutuhkan suara mayoritas untuk membuat keputusan penting.

Dalam hal senioritas, Haibatullah merupakah tokoh tertua kedua setelah salah seorang pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar.

Banyak yang meyakini Baradar yang kini ditahan di Pakistan, ikut dipertimbangkan untuk menggantikan Mansour.

"Akhundzada dipilih untuk menghindari konflik lanjutan," tutur analis asal Islamabad, Pakistan, Amir Rana.

Sebaliknya wartawan senior, Yousufzai meyakini Haibatullah akan menghadapi jalan terjal.

"Saya kira sejumlah faksi (di dalam Taliban) tidak dimintai pendapat ihwal pemimpin baru. Sejauh ini tidak ada persatuan, dan saya tidak melihat bagaimana mereka akan bersatu di bawah Haibatullah," tutur Yousufzai.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com