Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamboja-Australia Hidupkan Lagi Perjanjian soal Pengungsi di Nauru

Kompas.com - 24/05/2016, 16:47 WIB

PHNOM PENH, KOMPAS.com — Pemerintah Kamboja, Selasa (24/5/2016), mengatakan akan mengirim tim ke pusat detensi di Pasifik Selatan bulan depan.

Kamboja mau mewawancarai dua pengungsi, yang bersedia dimukimkan di sana, dan menghidupkan kembali perjanjian dengan Australia yang hampir terbengkalai.

Australia berjanji untuk menghentikan para pencari suaka yang berlayar dari Indonesia dan Sri Lanka, lalu mendarat di pantainya.

Sebaliknya, Australia juga mencegat kapal tersebut di laut dan menahan penumpangnya di kamp di Pulau Manus, Papua Niugini, dan Nauru, Pasifik Selatan.

Kamboja dan Australia telah bersepakat pada 2014. Australia diminta menampung para pengungsi dari Nauru dengan imbalan bantuan 40 juta dollar Australia atau sekitar Rp 392 miliar.

Namun, Australia belakangan mengancam akan mundur dari perjanjian.

Hanya lima pengungsi yang sudah dikirim ke Kamboja berdasarkan persetujuan itu.

Tiga di antaranya kemudian memilih untuk pulang. Namun, dua orang lagi mungkin akan datang.

"Tim kami siap berangkat dan mewawancarai dua lagi pengungsi, yang sukarela untuk dimukimkan," kata Tan Sovichea, Kepala Bagian Pengungsi di Kementerian Dalam Negeri Kamboja.

Menurut Sovichea, timnya yang terdiri atas tiga orang akan terbang ke Nauru pada pekan pertama Juni. Mereka akan memeriksa para pengungsi tersebut, yaitu seorang pria dan wanita Iran.

Kelompok pegiat hak asasi manusia telah berulang kali mengecam Australia. Sebab, Australia berupaya memukimkan pengungsi di negara-negara lebih miskin seperti Kamboja.

Padahal, Kamboja sendiri sering kali dituduh melakukan pelanggaran HAM dan memiliki perekonomian hanya satu persen dari perekonomian Australia.

Seorang pria suku Rohingya dari Myanmar dan satu pasangan Iran, yang semuanya meninggalkan Nauru menuju Kamboja pada 2015, sudah pulang ke kampung mereka.

Dua pengungsi tersisa di Kamboja adalah seorang pria Rohingya dan seorang warga Iran.

Sovichea mengatakan, Australia awalnya menunda perjalanan tersebut, yang seharusnya dilakukan pada 2 Mei, dengan alasan tidak jelas.

Pejabat Australia juga tidak memberikan tanggal pasti untuk kepergian tim mereka pada Juni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com