Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Nonton Film Migrasi Muslim, Pria Uighur Dipenjara 7 Tahun

Kompas.com - 12/05/2016, 09:33 WIB

BEIJING, KOMPAS.com – Otoritas berwenang China menahan dan memenjarakan seorang petani etnis minoritas Muslim Uighur dengan hukuman penjara tujuh tahun, Rabu (11/5/2016).

Pria itu diduga berencana untuk melakukan 'jihad' ke luar negeri setelah menonton film tentang migrasi Muslim dari Timur Tengah dan Asia lainnya menuju Eropa.

“Seorang pria dari etnis minoritas Uighur, China, telah dihukum tujuh tahun penjara karena menonton film ‘sensitif’ tentang migrasi Muslim,” kata Radio Free Asia seperti dikutip The Guardian.

Pihak berwenang mengklaim, pria bernama Eli Yasin, dari Chaghraq, Aksu, Privinsi Xinjiang, diduga berencana untuk pergi ke luar negeri bersama anggota keluarganya  untuk “mengobarkan jihad”.

Namun, kepala keamanan desa setempat mengatakan,  terdakwa Yasin tidak mempunyai rencana untuk meninggalkan China karena mereka miskin.

Yasin harus bekerja di peternakan keluarga untuk membantu membiayai anak-anak dan anggota keluarganya yang masih muda.

Selain Yasin, polisi China juga menahan dua adik perempuannya dan suami mereka, yang masing-masing telah mempunya tiga dan lima anak.

Belum diketahui nasib keempat orang yang ditahan bersama Yasin itu.

“Semua mereka berusia lebih dari 40 tahun,” kata Hesen Eysa, Kepala Keamanan Desa Karasu, tempat Yasin dan keluarganya menetap.

“Mereka memiliki sebuah peternakan, dan mereka berjuang untuk bertahan hidup dan memberikan pendidikan anak-anak mereka," katanya kepada layanan Uighur Radio Free Asia.

"Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda membangkang pemerintah. Setidaknya saya tidak pernah melihat tanda-tanda ini,” kata Eysa.

“Sebagai kepala keamanan, saya mengalami kesulitan menjelaskan dakwaan ini kepada orang-orang di desa saya. Semua ini tidak masuk akal dan sangat tidak adil,” tambanya.

Pemerintah China mengatakan,  telah muncul ancaman serius dari teroris Islam dan separatis di Xinjiang, yang merupakan daerah strategis di perbatasan Asia Tengah.

Di wilayah itu sudah ratusan warga sipil dan polisi tewas dalam bentrokan mematikan dan kerusuhan antar-etnis dalam beberapa kali konflik sebelumnya.

Namun, warga Uighur di pengasingan dan kelompok pegiat hak asasi manusia mengatakan, Beijing  tidak pernah memberikan bukti yang meyakinkan tentang pertempuran kelompok militan dengan pemerintah.

Banyak kerusuhan atau konflik sebenarnya dapat ditelusuri kembali karena frustrasi akibat kontrol atas budaya dan agama warga Uighur yang sangagt ketat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com