Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amnesty International, "Jika Melihatnya, Anda Akan Menangis"

Kompas.com - 11/05/2016, 11:51 WIB

LAGOS, KOMPAS.com — Amnesty International (AI), Rabu (11/5/2016), mendesak Pemerintah Nigeria untuk menutup rumah tahanan militer untuk para terduga anggota Boko Haram.

Desakan kelompok pegiat kemanusiaan internasional itu disampaikan setelah hampir 150 orang, termasuk anak-anak dan bayi, meninggal di dalam sel tahanan di Giwa, Nigeria timur laut.

Terkait situasi kemanusiaan yang semakin memburuk di tahanan di Nigeria itu, AI membuat sebuah laporan berjudul, "Jika melihatnya, Anda akan menangis: Hidup dan mati di barak Giwa".

Kelompok pemantau masalah HAM sebelumnya telah mengkritik perlakuan terhadap tahanan sipil dan kondisi "tidak manusiawi" di barak Giwa di Maiduguri, Nigeria timur laut.

Dalam sebuah laporan barunya, AI mengklaim, sebanyak 149 orang telah tewas di kamp Giwa sejak awal tahun. Sebanyak 12 orang di antaranya anak-anak.

Para korban termasuk 10 anak laki-laki dan dua anak perempuan. Sebagian besar mereka adalah anak balita dengan usia terkecil adalah lima bulan.

"Penemuan bahwa bayi dan anak-anak tewas dalam kondisi mengerikan di dalam tahanan militer adalah sangat mengerikan dan menakutkan," kata Direktur AI di Afrika, Netsanet Belay.

"Kami telah berulang kali menyampaikan peringat atas tingkat kematian yang tinggi di kalangan tahanan di barak Giwa," katanya.

Belay juga mengatakan, entah bagi tahanan dewasa maupun anak-anak, tahanan di Giwa tetap menjadi tahanan yang paling mematikan.

"Tidak boleh ada alasan dan tidak ada penundaan. Fasilitas penahanan di barak Giwa harus segera ditutup dan semua tahanan dibebaskan atau dipindahkan ke otoritas sipil," kata Belay lagi.

AI mewawancarai para mantan tahanan dan saksi mata.

Dilaporkan, barak Giwa yang dijadikan pusat tahanan militer terhadap para terduga anggota Boko Haram sangat tidak manusiawi.

Banyak tahanan meninggal akibat penyakit, kelaparan, dehidrasi, dan cedera.

Pada Maret lalu, Giwa menampung total 1.200 orang, termasuk 120 anak-anak. Mereka diyakini ditahan di dalam barak-barak dengan kondisi penuh sesak dan tidak sehat.

Saksi mengatakan, 12 anak telah meninggal sejak Februari akibat penyakit yang marak karena kepadatan di sel, dari semula 25 orang per sel menjadi 250 orang per sel tahanan.

"Ada banyak anak bersama kami di dalam sel, berumur antara satu bulan hingga satu tahun. Sel terlalu padat, Anda tidak dapat bergerak ke kanan dan kiri saat tidur," kata seorang wanita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com