Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rival Utama Mengaku Kalah, Rodrigo Duterte Presiden Baru Filipina

Kompas.com - 10/05/2016, 19:24 WIB

MANILA, KOMPAS.com — Wali Kota Davao, Rodrigo "Digong" Duterte, memenangi pemilihan presiden Filipina setelah pesaing terdekatnya, Manuel Roxas, mengaku kalah dan mundur dari persaingan.

Sebelum Roxas mundur, lembaga pemantau penghitungan suara menunjukkan, Duterte unggul lebih dari lima juta suara.

Berdasarkan data Parish Pastoral Council for Responsible Voting (PPCRV), Duterte mengantongi 14,8 juta suara dari 90 persen surat suara yang telah dihitung. Sementara itu, Manuel Roxas berada pada peringkat kedua dengan 9 juta suara.

PPCRV ditugasi komisi pemilihan umum untuk memantau penghitungan suara. Namun, laporan lembaga itu tidak mewakili hasil resmi.

Meski demikian, hasil perhitungan suara sementara itu sudah cukup bagi Roxas untuk menyerah.

"Ada banyak tangisan di ruangan ini. Namun, saya katakan kepada Anda bahwa ini bukan saatnya menangis. Bagi negara kita, kita telah mengalami pengalihan kekuasaan yang damai dan sukses," ujar Roxas.

Kandidat lainnya, Grace Poe, sudah terlebih dulu mengakui kekalahan. Dia berjanji "bekerja sama dalam proses pemulihan" setelah kelima kandidat bertarung sengit pada masa kampanye.

Untuk mendampingi Duterte, Leni Robredo amat mungkin menjabat sebagai wakil presiden. Perolehan suara perempuan politisi tersebut sedikit di atas Ferdinand "Bongbong" Marcos, putra mantan diktator Ferdinand Marcos.

Kebijakan Duterte

Wartawan BBC di Manila, Jonathan Head, melaporkan, Duterte meraih banyak dukungan berkat janji-janjinya untuk menyingkirkan para pelaku kejahatan dan pejabat korup.

Pria yang saat ini masih menjabat sebagai Wali Kota Davao itu juga berikrar untuk mengubah sistem presidensial menjadi sistem parlementer.

Di ranah kebijakan luar negeri, pria berjuluk "The Punisher" itu mengatakan akan menempuh perundingan multilateral untuk menyelesaikan perseteruan Laut China Selatan.

Perundingan untuk menyelesaikan sengketa itu, menurut dia, harus mengajak serta Jepang, Australia, dan Amerika Serikat.

Jika tidak berhasil, Duterte bertekad untuk berlayar ke salah satu pulau buatan China dan menancapkan bendera Filipina di sana. China, kata Duterte, boleh menembaknya dan membuatnya menjadi pahlawan nasional.

Sementara itu, terpilihnya Duterte sebagai presiden ditengarai tidak akan mengubah hubungan antara Indonesia dan Filipina yang sudah terjalin baik, seperti dijelaskan Eddy Mulya, diplomat Indonesia di Manila.

"Kerja sama di perbatasan sudah baik, pengawasan perbatasan dan titik-titik patroli," kata Eddy.

Transisi pemerintahan Presiden Benigno Aquino ke pemerintahan yang akan dipimpin Duterte juga diprediksi tidak akan mengubah jalannya perundingan untuk membebaskan empat warga negara Indonesia yang masih disandera di wilayah selatan Filipina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com