Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Amir Sodikin
Managing Editor Kompas.com

Wartawan, menyukai isu-isu tradisionalisme sekaligus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Bergabung dengan harian Kompas sejak 2002, kemudian ditugaskan di Kompas.com sejak 2016. Menyelesaikan S1 sebagai sarjana sains dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), dan S2 master ilmu komunikasi dari Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina. 

Belajar dari Sadiq Khan, Wali Kota London Pertama yang Muslim

Kompas.com - 07/05/2016, 16:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Dekade '70-an, di negara Barat yang ia impikan, Inggris, Sadiq Khan kecil dan keluarganya kerap mendapat perlakuan tak mengenakkan dari pihak lain. Orangtuanya yang seorang imigran Pakistan membuatnya sering mendapat olok-olok bernada rasial.

Namun, sistem di kota itu pada akhirnya tetap memberi kesempatan keluarga Pakistan itu untuk tumbuh berkembang, tak hanya sekadar untuk bertahan hidup. Ayahnya kemudian menjadi seorang sopir bus, ibunya menjadi seorang penjahit, dan saudara-saudaranya bisa bekerja di Inggris.

Tak hanya itu, kini, sejarah baru saja ditulis oleh Sadiq Khan. Konstitusi di negeri demokrasi itu pada akhirnya telah memberi kesempatan anak kecil itu kini menduduki jabatan Wali Kota London.  

Sabtu (7/5/2016) menjadi hari paling indah di mata Sadiq Khan dan juga di mata para pendukungnya yang memiliki harapan untuk mewujudkan masyarakat multikultur yang saling menjaga. Anak seorang sopir bus ini telah terpilih menjadi Wali Kota London pertama yang seorang Muslim.

Hal yang tadinya dianggap mustahil, kandidat dari Partai Buruh ini akhirnya bisa mengalahkan seorang miliarder dari Partai Konservatif, Zac Goldsmith. Khan memperoleh suara 57 persen atau 1,3 juta orang.

Kisah Khan memenangi pertarungan Wali Kota London ini seperti dongeng di negeri modern. Orangtua Khan adalah seorang imigran dari Pakistan yang mencoba memperbaiki kehidupan di London.

AFP/JUSTIN TALLIS Sebuah bus khas London melintas di Henry Prince Estate di London Selatan, Jumat (5/5/2016). Di tempat inilah Wali Kota London yang baru Sadiq Khan tinggal saat kanak-kanak. Khan adalah anak dari seorang sopir bus London yang menjadi Muslim pertama yang bisa menduduki jabatan wali kota di ibu kota negara-negara Eropa.
Berkali-kali Khan menekankan dengan bangga bahwa almarhum ayahnya adalah sopir bus merah khas London yang menjadi kebanggaan Inggris. Khan terbiasa tinggal di daerah etnis minoritas yang kulturnya beragam dan merasakan betul suka duka menjadi seorang minoritas di London.

Dalam pidato kemenangannya, seperti dikutip dari AFP, Khan berjanji akan menjadi wali kota untuk semua warga London, tanpa terkecuali.

“Saya tak pernah bermimpi bahwa seseorang seperti saya dapat terpilih menjadi Wali Kota London. Saya ingin berterima kasih kepada setiap warga London yang telah mewujudkan mimpi yang menjadi kenyataan hari ini,” kata Khan.

Dia berjanji akan menepati program-program yang telah dikampanyekan sebelumnya. Khan akan fokus pada penyediaan perumahan dan transportasi yang terjangkau bagi warga London, mengurangi polusi, dan mendorong ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih baik.

“Saya ingin setiap warga London mendapatkan kesempatan, seperti yang telah diberikan oleh kota ini kepada saya dan keluarga saya, kesempatan yang bukan sekadar untuk bertahan hidup, melainkan juga tumbuh berkembang,” kata Khan.

Tinggal di aparteman padat

Khan lahir di London pada tahun 1970 dari pasangan imigran yang baru datang dari Pakistan. Khan adalah anak kelima dari total delapan bersaudara.

Dia tumbuh di sebuah apartemen padat di Tooting yang dikenal dihuni warga multietnis dan multikultur di London selatan. Komunitas sekitar Khan tinggal inilah yang nantinya akan menempa Khan menjadi politisi yang bangga dengan keberagaman.

Khan mendapat gelar di bidang hukum dari University of North London. Pada 1994 kemudian ia menjadi pengacara di firma hukum Christian Fisher. Di sinilah kemudian ia berjumpa dengan pengacara Saadiya yang kemudian dia persunting menjadi istrinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com