BERLIN, KOMPAS.com — Maret lalu, Menteri Luar Negeri Turki Ahmed Davutoglu memanggil Duta Besar Jerman untuk Turki di Ankara, Martin Erdmann.
Hal itu terkait dengan sindiran terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di televisi Jerman yang dikecam banyak pihak.
Pada acara Extra 3, dalam pertunjukan mingguan di televisi lokal Jerman, NDR, muncul video musik bertajuk "Erdowie, Erdowo, Erdogan" (pelesetan dari "Erdo-bagaimana, Erdo-di mana, Erdo-kapan"), edisi 17 Maret lalu.
Erdogan pun marah besar. Hubungan Jerman dan Turki sempat memanas.
Kritik kasar yang disampaikan satiris Jerman, Jan Bohmermann, terhadap Erdogan itu belakangan mempersulit posisi Kanselir Angela Merkel.
Jerman, negara yang kuat di Uni Eropa, menyokong kebebasan pers dan berekspresi. Namun, Jerman membutuhkan bantuan dalam hal mengatasi masalah pengungsi atau migran.
Media Jerman, Deutche Welle (DW), melaporkan, Erdogan telah mengajukan tuntutan hukum resmi terhadap pelawak, satiris, dan moderator Jan Bohmermann.
Hal itu terjadi karena Bohmermann membacakan puisi yang menghina dan bersifat kasar secara seksual di televisi Jerman, ZDF. Puisi tersebut ditujukan terhadap Erdogan.
Sebelum membacakan puisinya dalam acara televisi, Bohmermann beberapa kali menekankan bahwa dengan isi puisi itu, ia melanggar batasan yang diperbolehkan bagi sebuah satire.
Kini, ZDF menghapus puisi Bohmermann dari media situsnya. Namun, masalah itu kini berkembang jadi isu politik.
Kebebasan dan pengungsi
Banyak negara Eropa barat, termasuk Jerman, menjunjung tinggi kebebasan pers dan kebebasan berekspresi.
Sementara itu, di Turki, dalam beberapa tahun terakhir, Erdogan berusaha mengekang kebebasan pers dan berpendapat dengan memblokir beberapa media sosial.
Puisi Bohmermann terutama mempersulit posisi Kanselir Angela Merkel, yang dalam sekitar setengah tahun terakhir berusaha mendapat dukungan Turki dalam mengatasi masalah krisis pengungsi yang menghantam Jerman.
Terkait puisi Bohmermann, Merkel menekankan pentingnya kebebasan berpendapat dan seni di Jerman. Konstitusi Jerman menjamin "kebebasan berekspresi, akademisi, dan tentu saja seni," seperti dirilis Agence France-Presse.